Singo Ulung Bondowoso Meriahkan Gelar Seni di Surabaya
Sabtu, 15 November 2014 14:20 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Kesenian khas Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yakni singo ulung dan pojian memeriahkan rangkaian kegiatan Gelar Seni Budaya Daerah (GSBD) yang diselenggarakan di Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) di Surabaya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Provinsi Jawa Timur Jarianto di Surabaya, Sabtu mengemukakan bahwa Kabupaten Bondowoso memang dikenal memiliki potensi seni budaya yang unik dan memesona sehingga layak ditampilkan di ajang GSBD.
Ia menjelaskan bahwa singo ulung Bondowoso telah ditampilkan saat pembukaan GSBD, Jumat (14/11) berupa arak-arakan dan pada penutupan acara, Sabtu malam akan ditampilkan kembali dalam bentuk semacam cerita.
Singo ulung sendiri merupakan cerita rakyat dari Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, di Bondowoso yang menggambarkan kesaktian seorang demang bernama Juk Seng.
Jurianto menjelaskan bahwa karena kesaktiannya Juk Seng mampu bersahabat dengan hewan, termasuk singa. Dalam tiap pertempuran, Juk Seng selalu meminta bantuan singa sehingga selalu memperoleh kemenangan.
"Berawal dari cerita rakyat tersebut, maka lahirnya seni pertunjukan dengan nama lengkap ronteg singo ulung ini," katanya.
Sementara untuk pojian, ia menjelaskan bahwa seni tersebut merupakan musik mulut atau akapela yang menyajikan ucapan-ucapan bersahut-sahutan dalam satu rangkaian doa.
Ceritanya mengisahkan tentang kejadian-kejadian alam, seperti wabah penyakit, hama tanaman, dan kekeringan. Karena itu seni pojian juga bermakna ungkapan doa masyarakat untuk menolak bala, mengusir wabah penyakit, menghalau binatang buas dan juga untuk mendatangkan hujan.
Selain itu Bondowoso juga menampilkan dua tarian khas, tari mamoji dan tari totta dhara. Mamoji adalah tarian yang menggambarkan rasa bangga dan syukur terhadap sang pencipta alam semesta atas keselamatan, kesehatan dan rejeki serta ekspresi doa untuk mengusir roh jahat yang sering mengganggu ketentraman dan ketenangan.
Sedangkan tari totta dhara melambangkan kesucian yang mampu mengusir aura jahat yang datangnya dari manusia ataupun hewan liar yang suka merusak tanaman. Tarian ini menggunakan properti burung dara dalam sangkar sebagai sarana membuang segala balak dan rasa kasih sayang.
Kabupaten penghasil penganan tapai itu juga menampilkan pertunjukan drama tari "Raden Reksojoyo Wisudo". Pertunjukan ini mengisahkan pertarungan Reksojoyo melawan Jasimantoro memperebutkan wilayah hutan di Bondowoso.
Reksojoyo berhasil mengalahkan Jasimantoro berkat bantuan sahabatnya yang berwujud singa. Selanjutnya, mereka bersatu membabat hutan dan membentuk pemerintahan atau kademangan. Karena hutan tersebut banyak pohon blimbingnya, maka pemerintahannya disebut Kademangan Blimbing Anom tepatnya di Bondowoso ujung timur. Selanjutnya R. Reksojoyo dinobatkan sebagai demang berjuluk Juk Seng atau Juk Singo. (*)