Garin Nugroho dan Bahasa Inggris Salah Paham
Kamis, 30 Oktober 2014 18:57 WIB
Jember (Antara Jatim) - Produser dan sutradara film Garin Nugroho memiliki cerita menarik dalam kiprahnya di ajang internasional, baik sebagai peserta maupun juri.
Pria kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961 ini mengaku kemampuan Bahasa Inggrisnya tidak sebagus yang dikira orang, meskipun banyak berinteraksi dengan insan film di luar negeri.
"Anak saya bilang, Bahasa Inggris saya itu, 'salah paham'. Bahasa Inggris saya itu salah-salah, tapi orang lain paham," katanya tertawa pada seminar film Indonesia sebagai industri kreatif di Fakultas Sastra Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Kamis.
Sutradara yang juga dikenal sebagai penulis produktif, salah satunya buku berjudul "Opera Sabun SBY: Televisi dan Komunikasi Politik" itu mengemukakan hanya dua kata atau dua kalimat dalam Bahasa Inggris yang ia andalkan jika berinteraksi dengan insan film dari luar negeri.
"Cuma tahunya dua, yaitu 'any question'? dan 'it's okay'. Biasanya setelah saya tanya 'any question'? tidak ada yang bertanya, ya sudah saya anggap selesai," katanya disambut tawa mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF), Fakultas Sastra Unej dan insan film di Jember.
Pada kesempatan itu, Garin yang juga dikenal sebagai produser iklan-iklan bermutu mengungkapkan manajemen hidupnya yang dinamainya sebagai manajemen "nasi campur". Menurut dia, nasi campur itu tidak memerlukan aturan yang rumit, termasuk harus menggunakan sendok dan garpu.
"Mau dimakan nasi dulu boleh. Demikian juga campurannya boleh apa saja, kangkung boleh. Saya gunakan manajemen nasi campur itu dalam banyak segi kehidupan saya," kata sutradara yang film pertamanya diproduksi tahun 1990 berjudul "Cinta dalam Sepotong Roti".
Manajemen nasi campur itu, kata dia, sama juga dengan tanaman tumpang sari. Dalam sistem tumpang sari, petani bisa memanen tanamannya sesuai keinginan dan tidak harus sekaligus.
"Ada yang panen satu minggu, ada yang satu bulan. Demikian juga saya. Saya membuat iklan itu kan juga agar bisa cepat panen, kayak tumpang sari. Nulis di koran juga agar bisa panen tiga minggu sekali. Kalau seminar kayak begini kan tidak tentu," katanya tersenyum. (*)