Seniman Kentrung Tulungagung Keluhkan Pudarnya Tradisi Lokal
Selasa, 30 September 2014 18:31 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Satu-satunya seniman kentrung wanita asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Gimah (62), mengeluhkan pudarnya kecintaan sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap tradisi kedaerahan akibat derasnya aneka budaya modern.
"Semakin sedikit yang mencintai tradisi lokal, khususnya musik kentrung," keluh Gimah dalam bahasa Jawa, saat ditemui di rumahnya di Tulungagung, Selasa.
Sebagai satu-satunya seniman kentrung perempuan yang masih tersisa di Kabupaten Tulungagung, Gimah mengaku saat ini sepi tanggapan.
Dalam sebulan, ia mengaku beruntung jika mendapat satu atau dua kali permintaan pentas untuk memainkan musik kentrung bersama Bibit (50), penabuh kendang yang dulu menjadi penggemarnya.
"Kadang bahkan tidak ada tanggapan sama sekali. Kalaupun ada, upahnya kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Gimah yang kini tinggal di sebuah gubuk kecil berdinding anyaman bambu di Dusun Patik, Desa Batangsaren, Kecamatan Kauman, Tulungagung, mengaku saat ini hanya bisa pasrah.
Ia berharap kesenian kentrung yang masuk aliran seni musik tradisional perpaduan budaya Jawa dan Timur Tengah, tidak punah tergerus modernisasi budaya yang kian pesat. "Menurut saya, harusnya ada peran aktif pemerintah (daerah) guna melestarikan budaya kentrung ini. Jika tidak, suatu saat pasti punah," ujarnya.
Pemerhati budaya tradisional asal Tulungagung, Cahyo Kurniadi mengatakan, sosok Gimah merupakan seniman kentrung yang langka di Jawa Timur. (*)