Dindik Jember Larang Kekerasan dalam "MOS"
Senin, 14 Juli 2014 13:56 WIB
Jember (Antara Jatim) - Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, Jawa Timur melarang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas atau sederajat menggunakan kekerasan dan perpeloncoan dalam masa orientasi siswa (MOS) yang mulai digelar Senin di kabupaten setempat.
"Tidak boleh ada kekerasan atau perpeloncoan, apalagi saat ini masa orientasi siswa bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga harus disesuaikan dan tidak mengganggu ibadah puasa para siswa," kata Kepala Bidang SMP, SMA, dan SMK Dinas Pendidikan Jember, Tatang Priyanggono, Senin.
Pihak Dinas Pendidikan (Dindik) Jember, lanjut dia, sudah menginstruksikan kepada seluruh sekolah untuk melakukan masa orientasi siswa dalam batas kewajaran dan tidak menggunakan kekerasan fisik untuk pengenalan siswa baru.
"Kekerasan fisik atau perpeloncoan sudah tidak lazim dilakukan sekolah, namun kami masih memperbolehkan sekolah melakukan penguatan mental terhadap siswa baru dengan cara yang unik dan batas kewajaran," tuturnya.
Pantauan di lapangan, sejumlah sekolah mengharuskan siswa baru menggunakan atribut seperti penutup kepala dari kertas, tas sekolah dari kantong plastik, dan memakai aksesoris yang tidak berkaitan dengan pendidikan.
"Ada beberapa sekolah yang meminta siswanya untuk menggunakan atribut yang lucu dan unik, sehingga hal itu memberikan pesan postif kepada siswa untuk pendidikan psikologis siswa baru dan itu sebagai hiburan saja, bukan perpeloncoan," paparnya.
Ia menjelaskan pihaknya meminta seluruh sekolah lebih menekankan program pendidikan karakter dan pengenalan lingkungan sekolah dalam pelaksanaan MOS di SMP, SMA dan SMK di Kabupaten Jember.
"Kalau ada sekolah yang masih melakukan perpeloncoan dan menggunakan kekerasan fisik dalam MOS, Dindik Jember akan memberikan sanksi tegas kepada kepala sekolah yang bersangkutan," ucapnya, menegaskan.
Sementara Kepala SMP Negeri 7 Jember, Saiful Bahri mengatakan pelaksanaan MOS yang bertepatan dengan bulan Ramadhan dilakukan dengan cara yang bijaksana, sehingga tidak mengganggu ibadah puasa para siswa.
"Orientasi siswa dengan cara kekerasan fisik dan perpeloncoan sudah bukan zamannya lagi, sehingga pihak sekolah memberikan motivasi kepada siswa baru untuk tetap semangat belajar lagi dan mengenalkan lingkungan sekolah dengan baik," katanya.(*)