Para petani garam di Pamekasan, Jawa Timur, menginginkan agar calon presiden dan wakil presiden yang kelak terpilih agar memperhatikan nasib petani garam dengan cara menaikkan harga beli garam dan melarang impor garam. Sulaiman, salah seorang petani garam di Desa Padelagan, Kecamatan Pademawu menyatakan, salah satu penyebab harga beli garam di tingkat petani selama ini rendah, karena masuknya impor garam ke Indonesia. Bahkan, waktunya sering bersamaan dengan masa produksi garam. "Akibatnya, harga beli garam kami rendah. Lhawong, kata pembelinya garam luar negeri jauh lebih murah," ucap Sulaiman. Jika saja pemerintah bisa menghentikan impor garam, ia yakin, harga garam rakyat tidak akan terlalu murah. "Makanya, kami berharap presiden terpilih yang akan datang ini bisa memperhatikan nasib rakyat kecil, termasuk petani garam seperti kami ini," tuturnya, didampingi rekannya sesama petani garam, Jasuli. Harapan para petani garam dipimpin presiden yang memiliki kebijakan tegas dan berpihak kepada kepentingan rakyat kecil sangat beralasan, sebab kebijakan pemerintah terkait penerapan harga garam rakyat selama ini tidak berjalan optimal. Buktinya, kebijakan tentang harga beli garam rakyat yang ditetapkan pemerintah Rp750 per kilogram di tingkat petani tidak berjalan optimal. Bahkan pada musim produksi garam tahun lalu, harga garam di tingkat petani hanya dalam kisaran antara Rp400 hingga Rp500 per kilogram. Tidak hanya soal harga, petani juga ingin pemerintah bisa memperhatikan mereka dalam hal jaminan tenaga kerja dan jaminan kesehatan. "Paling tidak kami diberi keringanan biaya dalam ikut program jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja," harap dia. (*)
Petani Garam: Capres Terpilih Harus Stop Impor Garam
Jumat, 4 Juli 2014 9:38 WIB