FHCI Kawah "Candradimuka" Calon Pemimpin BUMN
Rabu, 14 Mei 2014 18:46 WIB
Malang (Antara Jatim) - Forum Human Capital Indonesia (FHCI) yang digagas sejumlah perusahaan di bawah naungan Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara menjadi kawah "candradimuka" bagi para calon pemimpin lembaga tersebut.
"Cita-cita besarnya, dalam FHCI ini adalah adanya 'powerfull' serta membuat gerakan yang mampu mengembangkan kader-kader Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kelak menjadi pemimpin secara tersistem," kata Ketua Umum FHCI Priyantono Rudito disela-sela acara "Sharing Session and Workshop" bertajuk "Corporate Culture and Change Management" yang diselengagrakan Perum Jasa Tirta I Malang di Batu, Rabu.
Menurut Priyantono, calon pemimpin tidak hanya dibekali dengan pengetahuan saja, tapi juga karakter, integritas dan kerja sama yang baik antarpegawai maupun eksternal, bahkan untuk menambah nilai, calon pemimpin harus memiliki konsep 4R, yakni raga, rasa, rasio, dan ruh, seperti yang diterapkan di PT Telkom Indonesia.
Director of Human Capital PT Telkom itu mengatakan pertemuan rutin FHCI antardireksi di lingkungan perusahaan BUMN tidak hanya menjadi kawah candradimuka para calon pemimpin potensial BUMN, tapi juga menjadi ajang tukar menukar pengetahuan dan pengalaman untuk memajukan BUMN.
Ia mengakui sejak dibentuknya FHCI, banyak kemajuan signifikan di antara perusahaan-perusahaan BUMN, sehingga BUMN ke depan bisa lebih "powerfull". Kemajuan yang dialami perusahaan-per usahaan BUMN tesrebut tidak lepas dari adanya sharing pengetahuan dan sinergi berbagai hal yang salin mendukung.
Sementara Sekretarisa Jenderal (Sekjen) FHCI Heriyanto mengakui kondisi BUMN saat ini ada pergeseran positif. Jika sebelumnya BUMN identik dengan birokrasi panjang, sekarang lebih pendek dan mudah, bahkan lebih dinamis dan saelalu berpikir maju dan apapun yang dilakukan berbasis kinerja.
"Kita akui keberadaan FHCI ini memang cukup membantu kita untuk mengembangkan perusah aan masing-masing di lingkungan BUMN. Pertemuan rutin ini juga dimanfaatkan anggota untuk menyerap ilmu dan pengalaman yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, yang nantinya bisa disaring untuk diterapkan di perusahaan tempat anggota bekerja," tegasnya.
Hanya saja, lanjutnya, pengembangan perusahaan apapun, jangan dilihat secara lokal atau domestik semata, tapi pikirkanlah dan pandanglah sebagai eksistensi negara di luar negeri. "Kita jangan hanya mampu bersaing dengan perusahaan lokal semata, tapi harus mampu pula bersaing dengan luar negeri," ujarnya.
Ia mencontohkan, penerbangan maskapai Garuda Indonesia ke berbagai negara tujuan, akan menunjukkan eksistensi negeri ini. Bukan hanya perusahaannya saja (Garuda Indonesia), tapi sebuah negara, yakni Indonesia.
Demikian juga dengan Pertamina, juga harus membuka usahanya di luar negeri dan bekerja sama dengan perusahaan BUMN yang sudah ada di negeri bersangkutan."Ini yang harus menjadi pemikiran kita bersama, jangan hanya puas berkembang di dalam negeri, tapi bagaimana mengembangkannya di luar negeri, kita pasti mampu kok," tandasnya.
Sharing Session and Workshop tersebut diikuti sekitar 160 orang karyawan dan jajaran direksi dari 60 BUMN di Tanah Air.(*)