Asisten Gus Dur 2001-2009: Konflik untuk Kaderisasi
Sabtu, 5 April 2014 19:21 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Asisten Pribadi Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 2001-2009, Sulaiman, menyebutkan bahwa konflik merupakan cara tokoh pluralisme itu melakukan kaderisasi pemimpin.
"Gus Dur sengaja menciptakan konflik untuk mengkader kader-kadernya agar siap menjadi pemimpin," katanya dalam Bedah Buku 'Gus Dur ya PKB, PKB ya Gus Dur' di Surabaya, Sabtu.
Selain Sulaiman, acara yang diselenggarakan DKW Garda Bangsa dan DPW Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) Jatim itu menghadirkan Bambang Susanto (DPP PKB) dan Mas'ud Adnan (wartawan/penulis).
Lain halnya dengan testimoni dari Bambang Susanto. "Gus Dur adalah pendiri PKB, karena itu konflik antara PKB dan Gus Dur sangat mungkin bentukan orang-orang berkepentingan," katanya.
Hingga saat ini, katanya, tidak ada kader PKB yang berkonflik dengan Gus Dur semasa hidupnya, kecuali ada yang mengembuskan. "Seperti konflik Muhaimin-Gus Dur, Muhaimin tidak pernah bermusuhan dengan Gus Dur," katanya.
Sementara itu, penulis buku-buku tentang Gus Dur, HM Mas'ud Adnan, mengatakan buku yang merupakan testimoni dari Gus Yusuf, Moch Munib Huda, Bambang Susanto, dan Sulaiman itu menarik untuk membedah konflik PKB-Gus Dur yang sengaja dimunculkan akhir-akhir ini.
"Saya sendiri punya cerita mirip terkait konflik Gus Dur dengan Muhaimin sebagai bagian dari dramaturgi yang dikonstruksi oleh Gus Dur sendiri," katanya.
Ia bercerita suatu waktu Gus Dur dan Muhaimin hadir di suatu acara di sebuah wilayah di pegunungan. Di situ, keduanya hadir atas undangan seorang kiai.
"Kiai itu bermaksud mendamaikan Gus Dur dan Muhaimin, tapi acara itu batal setelah Gus Dur menyampaikan bahwa tidak ada apa-apa antara dirinya dengan PKB maupun Muhaimin. Menariknya, setelah pulang, Gus Dur dan Muhaimin satu pesawat dan tidak apa-apa," katanya.
Soal Gus Dur dan para elit PKB, seperti Muhaimin dan Nahrawi, tidak ada sikap untuk membenci atau memusuhi. "Karena mereka adalah kader-kader Gus Dur dan yang satu pemikiran dan sikap dengan Gus Dur. Jadi, Gus Dur harus dibedakan antara di panggung politik dengan di luar politik," katanya.
Hal itu dibenarkan Sekjen DPP PKB Imam Nahrawi yang juga hadir dalam acara itu. Mantan Ketua DPW PKB Jatim itu menceritakan saat Gus Dur sakit dan dirinya dipanggil Gus Dur ke rumah sakit.
"Gus Dur bilang ke saya, 'Mas Imam, saya akan membekukan PKB Jatim'. Saya tanya, 'Alasannya apa Gus?' Gus Dur bilang, 'karena banyak orang yang mau menjadi ketua PKB Jatim'".
Namun, isunya yang berkembang waktu itu bahwa PKB Jatim dibekukan karena dirinya suka memeras. "Lalu ada yang membesarkan hati saya, sabar, sabar. Jadi, saya diajari oleh Gus Dur bahwa menjadi seorang politisi harus sabar".
Oleh karena itu, ia bertekad memperjuangkan partai yang didirikan Gus Dur itu. "Presidennya harus dari PKB. Yang paling penting menterinya juga harus dari PKB, terutama menteri pendidikan, karena lembaga pendidikan milik NU di bawah LP Ma'arif paling banyak di Indonesia, tapi diabaikan oleh pemerintah," katanya. (*)