Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium Agama Masjid Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh agama.
Beberapa di antara Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh, dan pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al-Hadar.
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad menyebut pada hakikatnya peringatan haul Gus Dur mengartikan sosok Gus Dur yang selalu hadir di tengah masyarakat.
“Peringatan haul Gus Dur ini menjadi ruang belajar bersama kita dan ini bagian dari rangkaian Jaringan GUSDURian untuk memperingati dan mengampanyekan tentang beda dan setara,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Wahid menyoroti bahwa warisan Gus Dur tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
“Kami bersyukur selama 15 tahun ini, kami tetap mampu menghadirkan beliau dalam keseharian bangsa Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, Gus Dur adalah pemimpin dengan akar jati diri yang kuat, yang memahami bahwa kepentingan umat harus diutamakan.
Gus Dur, lanjutnya, dengan penuh kesadaran akan membela yang lemah dan menghadirkan imaji Tuhan dalam setiap perjuangannya melawan ketidakadilan.
Sementara itu, pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al-Hadar menggarisbawahi kehebatan Gus Dur dalam menerapkan fiqih dakwah.
Menurutnya, Gus Dur berhasil mempraktikkan prinsip dakwah yang menggembirakan, memudahkan dan mempersatukan.
Gus Dur juga dianggap sebagai ikon rahmat bagi semesta atau rahmatan lil alamin, bukan hanya untuk orang baik, tetapi juga bagi mereka yang tengah berusaha menjadi orang baik.
Dengan wawasan luasnya, lanjutnya, sosok Gus Dur mampu memberikan solusi yang memudahkan umat.
“Gus Dur sangat cakap dalam fiqih dakwah, sangat strategis, dan sangat sadar dengan fiqih dakwah. Fiqih dakwah itu prinsipnya tiga. Pertama menggembirakan, tidak menakut-nakuti. Kedua memudahkan, bukan menyulitkan. Ketiga mempersatukan dan tidak mencerai-beraikan,” jelasnya.
Peringatan haul Gus Dur tidak hanya menjadi momen merefleksikan keteladanan Gus Dur, tetapi juga menguatkan komitmen untuk melanjutkan perjuangan beliau.
Sebagai informasi, acara tersebut juga menjadi bagian dari rangkaian Festival Beda Setara (Best Fest) yang digelar selama seminggu penuh ini bertujuan untuk merayakan kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad menyebut pada hakikatnya peringatan haul Gus Dur mengartikan sosok Gus Dur yang selalu hadir di tengah masyarakat.
“Peringatan haul Gus Dur ini menjadi ruang belajar bersama kita dan ini bagian dari rangkaian Jaringan GUSDURian untuk memperingati dan mengampanyekan tentang beda dan setara,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Wahid menyoroti bahwa warisan Gus Dur tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
“Kami bersyukur selama 15 tahun ini, kami tetap mampu menghadirkan beliau dalam keseharian bangsa Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, Gus Dur adalah pemimpin dengan akar jati diri yang kuat, yang memahami bahwa kepentingan umat harus diutamakan.
Gus Dur, lanjutnya, dengan penuh kesadaran akan membela yang lemah dan menghadirkan imaji Tuhan dalam setiap perjuangannya melawan ketidakadilan.
Sementara itu, pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al-Hadar menggarisbawahi kehebatan Gus Dur dalam menerapkan fiqih dakwah.
Menurutnya, Gus Dur berhasil mempraktikkan prinsip dakwah yang menggembirakan, memudahkan dan mempersatukan.
Gus Dur juga dianggap sebagai ikon rahmat bagi semesta atau rahmatan lil alamin, bukan hanya untuk orang baik, tetapi juga bagi mereka yang tengah berusaha menjadi orang baik.
Dengan wawasan luasnya, lanjutnya, sosok Gus Dur mampu memberikan solusi yang memudahkan umat.
“Gus Dur sangat cakap dalam fiqih dakwah, sangat strategis, dan sangat sadar dengan fiqih dakwah. Fiqih dakwah itu prinsipnya tiga. Pertama menggembirakan, tidak menakut-nakuti. Kedua memudahkan, bukan menyulitkan. Ketiga mempersatukan dan tidak mencerai-beraikan,” jelasnya.
Peringatan haul Gus Dur tidak hanya menjadi momen merefleksikan keteladanan Gus Dur, tetapi juga menguatkan komitmen untuk melanjutkan perjuangan beliau.
Sebagai informasi, acara tersebut juga menjadi bagian dari rangkaian Festival Beda Setara (Best Fest) yang digelar selama seminggu penuh ini bertujuan untuk merayakan kebebasan beragama dan berkeyakinan.