Surabaya (Antara Jatim) - Dalam setiap bencana yang menimpa Tanah Air, tidak bisa dipungkiri adanya peran Tentara Nasional Indonesia, baik AD, AL maupun AU, bahkan kalau perlu mendapat "acungan jempol". Selain personelnya yang disiplin dan tangguh serta profesional, dalam penanganan pascabencana, peran besar itu juga didukung peralatan memadai, bahkan peralatan yang dimiliki TNI ada beberapa di antaranya tidak dimiliki kalangan sipil terlibat penanganan bencana. Seperti, tenda untuk pengungsi dan peralatan dapur dalam skala besar, jembatan darurat, peralatan berat, tim medis yang semuanya didukung tenaga mumpuni. Belum lagi bantuan secara fisik, personel bahu-membahu dengan masyarakat dan instansi lain mengevakuasi warga, bersih-bersih bangunan atau infrastruktur terdampak hingga menjaga kemanan lignkungan maupun masyarakat terdampak. Ini tampak dalam setiap kejadian bencana menimpa, seperti pascaerupsi Gunung Kelud Kamis (13/2) malam yang berada di perbatasan tiga kabupaten di Jatim, yaitu Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang. Aparat dan peralatan TNI hadir di kawasan bencana. Dari Kediri dilaporkan, aparat TNI memperketat pengamanan di lokasi aliran lahar di Kabupaten Kediri, sebab dinilai membahayakan, kata Komandan Kodim 0809 Kediri Letkol Infanteri Heriyadi di Kediri, Selasa. "Kami terus sosialisasi dan setiap hari melakukan cek lokasi. Kami monitor terutama di jalur lahar, kami imbau agar jangan dulu (mengambil pasir)," katanya. Ia menyebut di sejumlah aliran lahar, aktivitas penambangan pasir sudah mulai terjadi. Hal ini bisa membahayakan, terlebih lagi saat curah hujan cukup tinggi. Lahar dingin bisa saja menerjang, membawa material aliran lahar seperti pasir dan batu. Bahkan, mampu membawa batu dengan ukuran besar. Pihaknya menyebut, saat ini fokus anggota adalah penangaann fisik dan nonfisik. Anggota diturunkan untuk membantu proses perbaikan pascaerupsi Gunung Kelud (1.730 mdpl) yang ada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Ia juga menyebut, penanganan pascaerupsi dinilai berat. Sejumlah pekerjaan harus dengan sigap dilakukan, khususnya mengantisipasi korban akibat aliran lahar dingin. Untuk saat ini, anggota juga sudah mulai melakukan pendataan pasti tentang kerusakan akibat erupsi Gunung Kelud dan titik-titik untuk pengamanan. Untuk titik pengamanan difokuskan di aliran lahar yang ada di Kabupaten Kediri. Ia berharap, status Gunung Kelud juga bisa menjadi lebih stabil, bahkan bisa diturunkan. Hal itu akan lebih memudahkan anggota dalam melakukan pendataan. Di areal Gunung Kelud, terdapat 11 kantung lahar yang terbagi di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar. Jalur lahar di Kabupaten Kediri antara lain kantong lahar I Kali Konto di Desa Badas, Kecamatan Pare, sisa kapasitas tampungnya adalah 680.000 meter kubik, kantong lahar II Kali Konto di Desa Pare Lor, Kecamatan Kunjang sisa kapasitas tampungnya adalah 400.000 mete kubik. Kantong lahar I Kali Serinjing di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu sisa kapasitas tampungnya 254.290 meter kubik, kantong lahar II Kali Serinjing di Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu sisa kapasitas tampungnya 138.833 meter kubik. Kantong lahar Kali Ngobo Desa Trisulo, Kecamatan Plosoklaten, sisa kapasitas tampungnya adalah 1.672.500 meter kubik, dan yang penuh adalah kantong lahar Kali Sukorejo di Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten. Sementara itu, di Kabupaten Blitar, kantong laharnya antara lain di Kali Badak, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, sisa kapasitas tampungnya adalah 5.439.542 meter kubik, kantong lahar II Kali Badak, di Desa Jagoan, Kecamatan Ponggok, sisa kapasitas tampungnya adalah 1.587.500 meter kubik. Kantong lahar I Kali Putih Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, sisa kapasitas tampungnya adalah 2.577.185 meter kubik, dan kantong lahar II Kali Putih di Desa Menjangankalung, Kecamatan Garum, dan terakhir adalah Kantong Lahar Kali Semut, Desa Soso, Kecamatan Gandusari, dengan sisa kapasitas tampungnya adalah 1.572.260 meter kubik. Sementara itu, TNI AL mengerahkan sebanyak 400 prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Erupsi diterjunkan untuk melaksanakan bantuan kemanusiaan masyarakat yang terkena erupsi Gunung Kelud, di Kabupaten Kediri dan wilayah Pujon, Kabupaten Malang. Hal ini dikemukakan Kasubdispenum Markas Besr TNI AL Kolonel Laut (S) Julius Widjojono di Jakarta, Selasa, prajurit TNI AL yang melaksanakan penugasan di daerah Malang dan Kediri terdiri dari tim medis kesehatan, tim dapur lapangan dan tim bantuan umum yang berasal dari Koarmatim, Pasmar-1 Marinir, Lantamal V, dan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) Surabaya. Menurut dia, sejumlah prajurit TNI AL sejak Jumat (14/2) telah mendirikan tenda-tenda yang berlokasi di lapangan sepak bola Desa Wates, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, untuk para pengungsi dan rumah sakit lapangan. Sementara itu, unsur dapur lapangan (durlap) dari Pasmar-1 Marinir yang juga tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Bencana TNI AL, mendirikan dapur lapangan di lapangan Desa Wates dan Desa Tawang, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Setiap harinya, prajurit TNI AL mampu memasak 1.500 bungkus nasi untuk pengungsi sekali masak (siang dan malam). Kegiatan memasak dilakukan oleh 20 personel Batalyon Perbekalan dan Peralatan (Yonbekpal)-1 Marinir dan 6 personel dari Yonmarhanlan V Surabaya, serta dibantu warga pengungsian dan para siswa-siswi Pramuka dari Gurah, Kediri. Dalam kesempatan tersebut, prajurit TNI AL juga mendistribusikan bantuan berupa bahan kontak ke desa Ngancar, Kabupaten Kediri. Julius mengatakan, prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Bencana TNI AL, bekerja sama dengan aparat terkait melaksanakan patroli malam di kawasan rumah warga yang ditinggalkan dan mengungsi di Desa Sugih Waras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. "Patroli dilakukan untuk mengamankan harta benda warga yang ditinggalkan para pengungsi korban letusan Gunung Kelud," katanya. Kegiatan dilaksanakan Tim prajurit Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib)-1 Marinir dengan melakukan penyisiran mulai dari kawasan Desa Wates hingga Desa Sugih Waras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Selain patroli oleh prajurit Marinir, warga bersama aparat TNI/Polri juga melakukan ronda malam. Menurut Dansatgasmar Letkol Marinir Irpan Nasution, sebagian warga masih khawatir atas keamanan harta benda yang mereka tinggalkan. Dengan demikian, warga terpaksa kembali ke rumah, meskipun oleh pihak berwenang masih dilarang untuk memasuki kawasan radius 10 kilo meter dari puncak Kelud. "Untuk mengantisipasi segala hal yang tidak diinginkan, kami menyiagakan satu tim pasukan Taifib bersama satu truk angkut pasukan di Desa Sugih Waras, yang berjarak delapan kilo meter dari puncak Kelud. Tim khusus ini bertugas untuk mengevakuasi penduduk jika sewaktu-waktu Gunung Kelud mengalami erupsi lagi," kata Dansatgasmar. Sementara itu TNI Angkatan Darat menurunkan enam satuan setingkat kompi (SSK) atau setara 600 prajurit dari Batalyon Zeni Tempur beserta alat utama sistem senjata berat untuk mempercepat membersihan debu vulkanik akibat meletusnya Gunung Kelud. "Volume hujan yang cukup banyak berpotensi menciptakan lahar dingin di sekitar barat daya dan timur laut Gunung Kelud," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Andika Perkasa, melalui pesan singkatnya. Sebanyak tiga SSK diambil dari Batalyon Zeni Tempur 5. Sektor penugasan 3 SSK ini adalah di wilayah Kediri dan Wates (barat daya Gunung Kelud). Dan tiga SSK lainnya diambil dari Batalyon Zeni Tempur 10. Sektor penugasan 3 SSK ini adalah di wilayah Ngantang dan Pujon (timur laut Gunung Kelud). Penambahan enam SSK prajurit itu untuk mempercepat pembersihan abu vulkanis sebelum volume hujan bertambah mulai 17-18 Februari nanti. "Penambahan pasukan itu berdasarkan hasil peninjauan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman terhadap kondisi wilayah Kabupaten Kediri sejak Minggu pagi tadi sampai dengan saat ini," ujarnya. TNI AD, juga akan mengerahkan alat-alat berat seperti "Grader", "Loader", dan lainnya agar usaha pembersihan maksimal. Dia yakin pengerahan Batalyon Zeni Tempur akan efektif membersihkan debu karena memiliki kualifikasi konstruksi dan perbaikan infrastruktur. Sebelumnya, TNI AD telah mengerahkan 5.000 personel untuk membantu penanggulangan bencana letusan Gunung Kelud. TNI AD juga menyiapkan dukungan lain seperti 31 armada truk dan 23 set dapur lapangan dari Perbekalan dan Angkutan (Bekang) Kodam, tim medis dari Kesehatan Kodam, serta 23 set alat komunikasi dari Perhubungan Kodam. Para prajurit itu terdiri dari satuan-satuan teritorial Kodam V/Brawijaya (Jatim), Kodam IV/Diponegoro (Jateng), Kostrad dan Kopassus. Sejak Sabtu (15/2), KSAD Jenderal TNI Budiman didampingi Asisten Operasi Kasad, Asisten Teritorial Kasad dan Kepala Dinas Penerangan TNI AD berangkat dari Jakarta dengan menggunakan KA Argo Dwipangga menuju Solo. Dari Solo, KSAD beserta rombongan melanjutkan perjalanan dengan kendaraan meninjau posko-posko penanggulangan bencana TNI AD di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur. Kunjungan Presiden SBY Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono mengunjungi Pos Terpadu Penanggulangan Bencana Alam meletusnya Gunung Kelud yang ditangani TNI AL, BNPB dan Basarnas, di Desa Wates, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Senin (17/2). Tim Penerangan Pasmar-1 yang berada di lokasi bencana di Kediri, Selasa pagi, melaporkan kepada Antara bahwa kunjungan Presiden itu didampingi beberapa menteri, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Ediwan P, dan Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung C. Setibanya di Pos Terpadu Penanggulangan Bencana Alam, Presiden disambut oleh Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto, dan Menteri Pemuda dan Olah Raga Roy Suryo. Selain itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI (Purn) Dr. Syamsul Maarif, Wakil Gubernur Jawa Timur, Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington dan Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso. Setelah itu, Presiden menerima paparan dari Kepala BNPB Letjen TNI (Purn) Dr. Syamsul Maarif tentang penanganan bencana alam Gunung Kelud dan paparan dari Kepala Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (BVMB) Surono tentang tanda-tanda/perkembangan sebelum/sesudah Gunung Kelud meletus dan penetapan status Gunung Kelud. Berikutnya, Presiden menemui para pengungsi korban meletusnya Gunung Kelud di tenda pengungsian yang berada di tenda Posko terpadu serta menjenguk para korban yang sedang dirawat di rumah sakit lapangan Korps Marinir. Saat menjenguk para korban, Presiden menyampaikan agar bersabar dan berdoa bersama-sama untuk kesembuhan para pasien. Kehadiran Presiden di Posko Terpadu yang digelar TNI AL, Basarnas dan BNPB disambut dengan sangat antusias oleh para pengungsi dan warga di sekitar posko. "Keberadaan Posko Terpadu di Desa Wates Kecamatan Wates Kabupaten Kediri ini bertujuan untuk membantu meringankan beban penderitaan para korban meletusnya Gunung Kelud," kata Dansatgas Penanggulangan Bencana Alam Kolonel Marinir Bambang Sutrisno. Perwira yang sehari-hari menjabat sebagai Wadan Lantamal V Surabaya itu menjelaskan kegiatan di posko dilaksanakan oleh prajurit TNI AL yang berjumlah 252 orang dengan menggelar Rumah Sakit Lapangan dan juga pelayanan kesehatan di tiap-tiap pos pengungsian. "Kami juga menggelar dapur lapangan yang mampu memasak 1.500 nasi bungkus setiap sekali masak, lalu membuat MCK di beberapa pos pengungsian, membantu membersihkan debu/pasir yang ada di rumah penduduk dan di jalan umum, serta menyalurkan bantuan logistik dan selimut untuk para korban meletusnya Gunung Kelud," katanya. Dalam kunjungan yang ditempuh dengan perjalanan darat dengan kereta api dari Jakarta ke Madiun pada Minggu (16/2) sore itu, Presiden menemui para pengungsi di Kediri dan Blitar pada Senin (17/2), lalu menginap di Malang untuk akhirnya menemui para pengungsi di wilayah terdampak erupsi Kelud paling parah itu (18/2). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa keselamatan warga di sekitar Gunung Kelud merupakan prioritas utama pemerintah dalam masa tanggap darurat pascaerupsi. "Mohon sabar dulu supaya selamat.Yang kita utamakan keselamatan, rumah rusak bisa diperbaiki, lahan pertanian rusak bisa diganti," kata Presiden Yudhoyono, Selasa siang, saat meninjau Pos Pelayanan Pengungsi Pujon yang terletak di gedung serbaguna Koperasi Susu Pujon, Kabupaten Malang, Selasa siang. Di hadapan ratusan pengungsi, Presiden dengan didampingi Ibu Ani Yudhoyono meminta agar warga mendengarkan imbauan pemerintah untuk tetap berada di pengungsian hingga situasi aman. "Tujuan kami adalah menyelamatkan jiwa jadi saya harap kerja sama yang baik. Tolong didengarkan apa yang disampaikan pejabat pemerintah, baik pusat maupun daerah, dengan demikian akan membawa kebaikan," katanya seraya berharap agar Gunung Kelud segera tenang. Pada kesempatan itu Presiden menjelaskan maksud kedatangannya ke Malang untuk melihat langsung dampak dari letusan Gunung Kelud, agar pemerintah bisa melakukan perbaikan infrastruktur yang rusak karena bencana ini dengan tepat. "Perbaikan itu mencakup, rumah yang rusak, fasilitas kesehatan, sekolah, termasuk pertanian yang rusak," ujarnya. Terhadap para relawan, Presiden mengucapkan terima kasih atas bantuan dan pelayanan yang diberikan. Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono dengan didampingi Gubernur Jawa Timur Soekarwo serta sejumlah menteri tiba di lokasi sekitar pukul 11.15 WIB. Posko Pengungsi Pujon menurut Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Malang Priadi Wiyono, menampung sekitar 600-700 orang pengungsi dan dilengkapi dengan dapur umum yang melayani 7.000 pengungsi dan petugas yang tersebar di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. "Kami melayani kebutuhan untuk 7.000 pengungsi, sekitar 600-700 pengungsi ada di sini sementara yang lain ada di 18 kantong pengungsi di rumah warga di sekitar sini yang didrop makanan dari sini," paparnya. Ia menambahkan bahwa dapur umum Tagana itu beroperasi sejak Jumat (14/2) dan menyediakan makan pagi, siang dan malam dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk serta kebutuhan dasar seperti kelengkapan bayi dan bahan pokok. Untuk mengoperasikan dapur umum tersebut Tagana mengerahkan 63 anggotanya dan dibantu oleh para relawan. Selain dapur umum Tagana, posko pengungsi Pujon juga dilengkapi oleh rumah sakit lapangan dan mobil pintar bagi anak-anak pengungsi. Sejumlah pengungsi lanjut usia tampak mendapat layanan di posko kesehatan, beberapa di antaranya menggunakan infus. Keluhan yang dialami oleh para pengungsi rata-rata adalah iritasi mata. Erupsi pertama Gunung Kelud yang berada di perbatasan tiga kabupaten, yakni Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang terjadi pada Kamis (13/2), pukul 22.50 WIB. Dan diperkirakan jumlah material vulkanik yang dimuntahkan mencapai 120 juta hingga 200 juta meter kubik. Sebaran abu vulkanik dari Gunung Kelud pada Jumat (14/2) mencapai sejumlah tempat di wilayah Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal tersebut terjadi akibat letusan yang mencapai tinggi 17 kilometer (km) dengan volume material abu sangat besar mencapai hingga 200 juta meter kubik terbawa angin ke berbagai arah. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan pada ketinggian letusan 1500 meter hingga 3000 meter arah angin menuju utara dan timur laut. Sedangkan ketinggian 5000 meter angin mengarah ke barat laut. Letusan antara ketinggian 10.000 hingga 15.000 meter arah angin menuju ke barat dan barat daya. Sedangkan hingga ketinggian 17.000 meter arah angin menuju ke timur.(*)
"Jempol" untuk Peran TNI Tangani Kelud
Selasa, 18 Februari 2014 18:57 WIB
