Surabaya (Antara Jatim) - Kecelakaan antara mobil pikap dan truk gandeng di Tongas, Probolinggo, yang menewaskan 18 orang pada 28 Desember lalu agaknya menjadi "puncak" kecelakaan selama tahun 2013. Sehari sebelumnya, yakni 27 Desember, Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono dalam rilis Analisa dan Evaluasi (Anev) Kamtibmas Akhir Tahun 2013 Polda Jatim menyampaikan tren penurunan angka kecelakaan 2013. "Kecelakaan lalu lintas di Jatim selama tahun 2013 menurun 10,89 persen (2.443 kecelakaan) dari 22.432 kecelakaan pada tahun 2012 menjadi 19.989 kecelakaan pada tahun 2013," tutur Kapolda. Dalam "anev" yang dihadiri Wakapolda Jatim Brigjen Pol Suprodjo WS dan Dirlantas Polda Jatim Kombes Pol Rahmat Hidayat itu, ia mencatat korban meninggal dunia juga menurun 4,65 persen (649 orang) dari 5.523 korban (2012) menjadi 5.266 korban (2013). "Penurunan itu terjadi karena kami lebih sering melakukan penyuluhan, apalagi korban terbanyak berusia 10-30 tahun dengan 60 persen lebih dilakukan pengendara sepeda motor (SIM C). Selain itu, kami juga mengedepankan tindakan simpatik di lapangan," ucapnya. Namun, korban tewas sia-sia di jalan raya yang tercatat 649 orang itu akhirnya bertambah 18 orang dengan terjadinya kecelakaan antara mobil pikap dan truk gandeng di Tongas. Bahkan, dua dari 18 korban tewas dalam kecelakaan antara truk gandeng Nopol P-8568-UL dengan mobil pikap Nopol B-2625-XCU di Jalan Raya Curah Tulis, Kecamatan Tongas, itu anak-anak. Petugas Kamar Mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tongas Agus Sudarsono saat dikonfirmasi Antara, Sabtu (28/12) malam mengatakan tiga dari 18 korban itu meninggal di rumah sakit. "Seluruh korban kecelakaan sudah teridentifikasi, baik 15 korban kecelakaan yang tewas di lokasi kejadian maupun tiga orang yang tewas di rumah sakit. Sopir pikap tewas dan dua dari korban tewas adalah anak-anak. Korban luka berat ada 13 orang dan dua luka ringan," paparnya. Ke-18 korban tewas adalah Nurhayati (30), Anila (2), Halima (28), Indama (32), Slamet (40) yang merupakan sopir pikap, Luluk Mukkarromah (30), Mbok Bahrom (60), Erma (32), Jumaati (32), Leli (30), Sudarmi (40), Sindro (40), Indah (5), Kasila (40), Soleha (50), Salamah (20), Yayuk (45), dan Kasih (40). Bahkan, tiga korban luka berat akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang karena kondisinya kritis yakni Amina (5 5), Abdul Rouf (1,5) dan Abdul Munif (5). Satu korban lainnya juga dirujuk ke RSSA, yakni Siti Rohmah (17), tapi kondisinya sudah membaik. Tentang hasil olah TKP (tempat kejadian perkara) kecelakaan maut itu, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono menegaskan sopir pikap bernama Slamet (alm) telah ditetapkan menjadi tersangka. "Itulah kesimpulan sementara dari hasil olah TKP yang dipimpin langsung Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono bersama petugas Korlantas Polri sejak Sabtu (28/12) malam sampai Minggu (29/12) siang," katanya kepada Antara per telepon. Ia menjelaskan olah TKP yang dipimpin Kapolda Jatim itu melibatkan Ditlantas, Dishub Jatim, dan Labfor Polri Cabang Surabaya, bahkan ada asistensi dari Tim TAA (Traffic Accident Analisys) Korlantas Polri. "Hasil olah TKP menyimpulkan bahwa penyebab kecelakaan adalah 'human error' atau faktor manusia dari pengemudi pikap, karena pengemudi mobil pikap Nopol B-2625-XCU itu mengemudikan kendaraan dengan sengaja melanggar rambu marka garis panjang utuh (tidak putus-putus) sewaktu mendahului kendaraan di depannya," tuturnya. Namun, dalam waktu yang bersamaan ada truk gandeng Nopol P-8568-UL dari arah berlawanan, sehingga kecelakaan pun tidak terhindarkan. "Tersangka memang tewas, tapi polisi tetap melakukan pemberkasan perkara. Nanti, penyidik akan memutuskan bahwa kasus tidak berlanjut karena tersangka meninggal dunia, namun berkas tetap menjadi bahan evaluasi dalam bidang lalu lintas," katanya. Angkutan Pedesaan Agaknya, kecelakaan di Tongas, Probolinggo itu merupakan balada orang-orang desa, karena mobil pikap merupakan kendaraan yang biasa dipakai orang-orang desa di kawasan Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan sekitarnya. Entah apa alasannya, namun saat kecelakaan, pikap yang merupakan mobil dengan bak terbuka itu berisi 33 orang yang bergerak dari arah Probolinggo ke Pasuruan untuk berziarah ke makam KH Abdul Hamid di Pasuruan, namun akhirnya justru mereka yang di-ziarah-i. Dengan jumlah sebanyak itu, tentu bila terjadi kecelakaan akan menyebabkan korban dalam jumlah yang tidak sedikit pula, sehingga kondisi itulah yang akhirnya menggugah komentar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam akun twitternya @SBYudhoyono, Senin (30/12). Dalam "cuit" itu, Presiden meminta polisi dan Kementerian Perhubungan memastikan kecelakaan fatal yang mengakibatkan 18 korban tewas itu tidak terulang. "Saya sudah minta Polisi dan Kementerian Perhubungan untuk pastikan kecelakaan fatal seperti ini tidak mudah terjadi," ujarnya. Presiden juga mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban dalam kecelakaan itu serta meminta Jasa Raharja memastikan santunan kepada korban. "Jasa Raharja agar memastikan para korban luka dan keluarga korban tewas segera dapat santunan, sesuai aturan," ucapnya. Pandangan Presiden itu "di-amin-i" Kapolri Jenderal Polisi Sutarman saat berada di Watukosek, Pasuruan (30/12). Ia menegaskan bahwa kendaraan dengan bak terbuka tidak boleh digunakan mengangkut orang. "Jika ada kendaraan dengan bak terbuka digunakan mengangkut orang, maka akan kami tindak tegas. Mungkin terjadinya kecelakaan di Probolinggo itu pengemudinya tidak mengetahui adanya larangan dari petugas jika kendaraan dengan bak terbuka itu dilarang untuk mengangkut orang," tukas dia. Di sela-sela pengukuhan anggota Brimob di Pusat Pendidikan Brimob, Watukosek, Kabupaten Pasuruan, ia menyatakan tindakan tegas itu diperlukan agar tidak terjadi lagi kecelakaan lalu lintas seperti yang terjadi di Tongas Probolinggo. "Kami akan semakin sering memberikan penyuluhan kepada warga masyarakat terkait dengan larangan tersebut. Kami juga akan terus memerintahkan kepada anggota di lapangan untuk memberikan pelayanan dan juga imbauan kepada warga masyarakat terkait dengan larangan tersebut," katanya. Selain tindakan hukum dan pendekatan simpatik, Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta aparat kepolisian membantu mencarikan solusi kreatif tentang rekayasa angkutan pedesaan agar tidak lagi terulang kasus kecelakaan Probolinggo yang merenggut 18 korban jiwa itu. "Harus ada solusi, salah satu caranya dengan merekayasa angkutan pedesaan dari mobil pikap terbuka, menjadi tertutup, tapi tidak dengan asal-asalan," ujarnya kepada wartawan ketika ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya (30/12). Permintaan Gubernur Jatim itu didukung pakar transportasi ITS, Ir Hera Widyastuti MT PhD. "Tapi, rekayasa itu bukan polisi, melainkan pihak Dinas Perhubungan yang harus menyiapkan angkutan pedesaan yang aman itu, tentu kampus siap membantu," katanya. Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik ITS itu membenarkan perlunya solusi angkutan pedesaan itu, mengingat masyarakat desa memang sudah terbiasa menggunakan pikap itu, meski pikap itu merupakan kendaraan untuk angkutan barang, bukan manusia, sehingga secara "safety" memang lemah. "Kami sudah pernah melakukan penelitian soal itu, ternyata orang desa memang lebih suka dengan kendaraan dengan bak terbuka, karena mereka memang tidak tahan dengan kendaraan tertutup, bahkan ada yang muntah. Itulah masalahnya, karena itu tindakan hukum saja tidak cukup, tapi perlu ada rekayasa angkutan pedesaan, misalnya kendaraan dengan rekayasa sirkulasi angin yang lebih banyak," ucapnya.(*)
Kecelakaan Probolinggo dan Balada Orang-orang Desa
Selasa, 31 Desember 2013 9:55 WIB
