Festival Kuwung Banyuwangi Sedot Ribuan Warga dan Wisatawan
Minggu, 15 Desember 2013 2:10 WIB
Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali menghelat atraksi budaya yang memanjakan para wisatawan melalui Festival Kuwung di kabupaten setempat, Sabtu (14/12), yang berhasil menyedot perhatian ribuan warga dan wisatawan.
Atraksi budaya ini digelar dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2013 yang telah berlangsung selama September-Desember 2013. Banyuwangi menampilkan berbagai acara wisata, mulai dari karnaval etnik, jazz pantai, sport-tourism Tour de Ijen, festival batik, tari gandrung massal, hingga Festival Kuwung.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Festival Kuwung yang diikuti oleh lebih dari 1.000 peserta ini menjadi wadah bagi pelaku seni-budaya Banyuwangi untuk mengekspresikan karya kreatifnya.
Festival ini juga berisi berbagai penggalan kisah sejarah Banyuwangi yang dikemas dalam berbagai bentuk kreasi seni-budaya, seperti tari, nyanyian, drama, simbol-simbol, hingga paduan dari semuanya.
“Festival Kuwung ini adalah ekspresi seni-budaya lokal. Kita bisa melihat betapa kayanya kebudayaan lokal. Ini yang akan menjadi penyangga bagi terbentuknya kebudayaan nasional yang kuat untuk menghasilkan kehidupan sosial-ekonomi yang lebih bermutu," ujar Anas.
Festival Kuwung pada tahun ini dimulai dengan tari-tarian. Tarian pertama berjudul Sampur Jingga Blambangan, mengisahkan prosesi laku perjalanan kesenian Gandrung yang sangat mengakar di Banyuwangi.
Usai pelaksanaan pembukaan, pertunjukan inti Festival Kuwung dimulai dengan pawai enam defile yang terdiri atas sejumlah defile bertema, antara lain tema sejarah, industri kreatif, adat tradisi, obyek wisata, dan seni.
Defile Sejarah mengangkat "Agul-agule Wong Agung Wilis" yang akan diiring musik Janger. Tema Ini mengisahkan kegigihan perjuangan tokoh bernama Wong Agung Wilis dalam menentang kehadiran Belanda di Bumi Blambangan (sebutan lain Banyuwangi). Pusat pertempurannya terjadi di kawasan Blimbingsari yang sekarang menjadi bandar udara.
Selanjutnya defile Industri Kreatif menyajikan "Nora Jajang Kambang" yang mengangkat berbagai potensi komoditas bambu, mulai industri kerajinan bambu seperti perabot rumah tangga hingga asesoris interior rumah serta permainan khas bambu serupa egrang. Tidak ketinggalan pertunjukan kesenian yang menggunakan bambu sebagai alat musik juga dimunculkan seperti angklung paglak, angklung caruk, dan patrol.
Sementara defile Adat Tradisi menampilkan arak-arakan "Kemanten Banyuwangi" yang diiringi oleh musik Kuntulan. Defile ini menampilkan adat kemanten (pengantin) khas Suku Using (suku asli Banyuwangi), Jawa, dan Madura. Adapun defile Agro Wisata menampilkan atraksi wisata budaya "Pesisir Manis Wetan" yang menyampaikan informasi tentang kegiatan masyarakat pesisir. Dimulai dengan ritual mohon doa keselamatan, berlayar di laut, pulang membawa ikan, hingga kemudian bersyukur atas ikan yang diperoleh.
Pada defile Obyek Wisata, ditampilkan tema "Surganya Pulau Merah" yang menampilkan pesona keindahan Pulau Merah, lengkap dengan kuliner dan olahraga lautnya yang khas, yaitu selancar. Pulau Merah adalah pulau cantik dengan bibir pantai pasir putih yang terletak sekitar 60 menit dari pusat kota Banyuwangi.
Dan terakhir penampilan seni Barong Ider Bumi menjadi defile yang merepresentasikan salah satu kekayaan seni-budaya Banyuwangi. Barisan yang dilengkapi dengan Barong Cokot, Barong Prejeng, dan Gebyar Barong akan menjadi penutup pada Festival Kuwung tahun ini.
Anas mengatakan, kekayaan seni-budaya adalah modal penting dalam membangun daerah. Seni-budaya adalah variabel untuk memperkuat modal sosial (social capital) di masyarakat yang berperan penting untuk mengembangkan daerah. "Kami menjadikan seni-budaya sebagai perekat harmoni sekaligus pengungkit kegiatan ekonomi. Sehingga wisata berbasis seni-budaya ini bisa ikut mengangkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat," pungkas Anas. (*)