Ubhara Siap Promosikan Pulau Lumpur Telocor
Sabtu, 26 Oktober 2013 8:05 WIB
Surabaya (AntaraJatim) - Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya siap mempromosikan Pulau Lumpur Telocor, Jabon, Sidoarjo, sebagai kawasan tujuan wisata alternatif yang tak jauh dari kawasan lumpur Lapindo.
"Kami akan mempromosikan melalui program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM)," kata Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Ubhara, M Fadeli, di Surabaya, Sabtu.
Ia mengatakan kegiatan bertajuk "Optimalisasi Kawasan Pulau Lumpur Telocor" itu untuk meningkatkan Potensi Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecoturism) di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo.
"Upaya yang mendapatkan dukungan dana hibah dari Dirjen Dikti Kemendikbud itu akan berlangsung pada awal hingga akhir November 2013," katanya.
Rencananya, di akhir KKN PPM, sebanyak 30 mahasiswa akan membuatkan laman (website) untuk mempromosikan kawasan Telocor, sehingga akan menjadi salah satu alternatif objek wisata di kawasan Sidoarjo.
"Para mahasiswa juga akan mengajarkan pada masyarakat setempat tentang membuat kerajinan dan mengelola alam sekitar, termasuk melakukan penanaman pohon mangrove, namun kami masih mencari bantuan bibit mangrove," katanya.
Menurut dia, tragedi lumpur Lapindo telah menjadi tragedi nasional. Untuk mencegah ancaman lumpur dan mencegah meluasnya area terdampak, dilakukan skenario mengalirkan lumpur ke Sungai Porong menuju laut lepas.
"Meningkatnya pembuangan lumpur di sungai akhirnya mengendap di hilir membentuk gundukan-gundukan tanah yang dinamakan Pulau Lumpur Telocor," katanya.
Ia mengatakan lokasi itu secara geografis terletak di kecamatan Jabon yang merupakan kawasan di luar peta terdampak terdampak.
"Lokasi ini memiliki potensi hutan bakau/mangrove yang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai, mencegah erupsi air laut maupun mendukung ekosistem laut," katanya.
Dengan potensi itu dimungkinkan menjadi alternatif tujuan wisata alam (ekowisata). "Ekowisata berbasis komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola, dan diawasi masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif," katanya.
Ia menambahkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem mangrove perlu digalakkan.
"Pembangunan pemukiman dan pertambakan yang biasanya dilakukan dengan menebang hutan mangrove telah merusak ekosistem, karena itu, diperlukan penyadaran kepada masyarakat arti pentingnya hutan mangrove," katanya. (*) (foto: dokumen pemkab sidoarjo)