Beijing (Antara/AFP) - Seorang petugas kepolisian tewas dalam operasi "anti-terorisme" di wilayah rawan Xinjiang, China, tempat terjadinya insiden yang menewaskan 22 warga Uighur pekan lalu, seperti dilaporkan media pemerintah pada Kamis. Harian Global Times melaporkan bahwa polisi tersebut tewas dalam aksi melawan kelompok teroris. Xinjiang yang merupakan wilayah luas dan tidak padat penduduk di bagian barat China, selalu rentan kerusuhan sporadis yang berujung aksi kekerasan. Sebanyak 46 persen populasi merupakan etnis Uighur -- yang mayoritas Muslim -- sementara 39 persen lagi adalah warga etnis Han, yang merupakan mayoritas di China. Sejumlah organisasi Uighur menuduh Beijing membatasi kebebasan berbudaya, beragama dan berbahasa etnis mereka, sementara China mengatakan pembangunan di wilayah yang kaya sumber daya alam itu telah meningkatkan standar hidup warganya. Harian Kashgar Daily mengidentifikasi petugas kepolisian tersebut bernama Yan Xiaofei (32), dan menyebutkan bahwa pemakamannya berlangsung pada 20 Agustus lalu di Kashar, dekat perbatasan dengan Kirghiztan. Tetapi korban tewas lainnya tidak dapat dikonfrimasi, kata Global Times. Menurut Radio Free Asia (RFA), yang didanai pemerintah AS, sebanyak 22 orang etnis Uighur tewas dalam serangan di wilayah padang pasir di Yilkiqi. RFA mengutip wakil wali kota Yilkiqi, Alim Hamid, yang mengatakan bahwa dirinya berada di lokasi penembakan, menyusul 22 jenazah yang berada di dalam kantong hitam dibawa oleh polisi ke tempat yang tidak diketahui. "Polisi memberitahu kami bahwa mereka yang tertembak adalah teroris, tetapi mereka tidak menjelaskan kesalahannya," katanya seperti dikutip RFA. Upaya berkali-kali yang dilakukan AFP untuk mendapat konfirmasi dari otoritas setempat dan kepolisian selalu gagal. Kongres Uyghur Dunia (WUC) yang berbasis di Munich mengutuk tindakan yang disebut sebagai "pembunuhan ekstra-yudisial" dan sangat prihatin terhadap insiden yang menyoroti aksi pemerintah China itu. "Kepolisan mengepung sekelompok warga Uighur yang sedang beribadah dengan tenang di padang pasir, kemudian polisi menembaki mereka dan mengubur jenazahnya dalam lubang yang digali dengan buldoser," katanya. Media China dan laman pemerintah sebagian besar hanya memberitakan tentang kematian petugas kepolisian tersebut. Pada Juni lalu sedikitnya 35 orang tewas ketika kantor berita Xinhua memberitakan bahwa massa yang bersenjatakan pisau menyerang kantor polisi dan sejumlah tempat umum lain di kota Lukqun sebelum petugas keamanan tiba dan membuka tembakan. Pada April, baku tembak terjadi di Bachu, yang menyebabkan tewasnya 15 anggota kepolisian dan pekerja serta enam "teroris" dikabarkan tewas. Sebelumnya pada bulan ini dua orang dijatuhi hukuman mati terkait kerusuhan itu. WUC menyatakan pada bulan lalu sedikitnya 102 orang tewas akibat aksi kekerasan di Xinjiang sejak Maret lalu, berdasarkan laporan media dan pemerintah China.(*)
Update Laporan: 23 Tewas dalam Bentrokan Xinjiang
Kamis, 29 Agustus 2013 16:07 WIB