Oleh Johan Yan *) Saya adalah Johan Yan, Anda tidak perlu mengenal saya, tetapi Anda perlu mengenal seseorang yang akan saya ceritakan. Saya memiliki pengalaman yang sangat kuat terhadap sosok Dahlan Iskan, saya ingat waktu itu tahun 2009. Pada waktu itu, beliau baru selesai menjalani operasi ganti hati. Saya sangat menyadari waktu itu, beliau sangat rentan sekali, makanan dijaga, tidak boleh kondisi lelah, bahkan seingat saya beberapa pendamping yang kebetulan berposisi dekat dengan beliau harus menggunakan masker, sebab kondisi yang sangat rentan terhadap penyakit. Saya terharu ketika pertama kalinya berjumpa dengan beliau, untuk meminta beliau membuka Kongres Motivasi terbesar di Asia Tenggara. Pada waktu itu, belum ada korporasi atau orang yang tertarik dengan dunia motivasi, itu kongres motivasi pertama yang melibatkan 518 direktur dan 4.073 manager, memecahkan enam rekor MURI dalam tiga tahun berturut turut. Beliau menyanggupi dengan "anggukan kepala" dan "senyumanā€¯ yang sampai saat ini tidak akan pernah dapat saya lupakan. "Anggukan kepala" dan "senyuman" yang sangat sederhana. Ya, Pak Dahlan itu sangat sederhana orangnya. Saya tidak pernah membayangkan di acara yang luar biasa tersebut ada momentum yang sangat mengharukan terjadi... Di tengah-tengah dentuman musik motivasi ratusan ribu watt yang hingar bingar, bentangan layar LED puluhan meter dan panggilan MC yang menggelegar untuk mengedifikasi beliau, tiba-tiba suasana hadirin berubah menjadi haru dan hening... Dari kejauhan, kami dengan mata berkaca-kaca melihat Pak Dahlan lari sambil tersenyum menahan sakit... Sayup-sayup terdengar para ibu yang histeris "Ya Allah, Ya Allah". Saya mencari sumber suara. Ya, Tuhan, kami sangat terharu sekali, sebab kami tahu kondisi beliau waktu itu masih pemulihan dan tidak memungkinkan beliau untuk berlari. Beberapa detik kemudian, kami dikagetkan dengan tepuk tangan "standing ovation" yang luar biasa, beberapa direktur dan manajer terlihat tidak kuasa menahan haru... Itu bukan khutbah yang indah, tetapi apa yang terjadi menggugah emosi kami. Ini sesi motivasi terbaik sepanjang masa...!. Sesampai di panggung kehormatan, beliau memulai pidatonya dengan senyum dan berkata, "Seharusnya, saya tidak diizinkan dokter untuk berlari seperti tadi, tetapi saya lakukan untuk Anda semua...". Saya benar-benar terharu, sejak itu ada di dalam hati saya bahwa di hadapan saya adalah seorang pemimpin besar! Seorang pemimpin yang rela lakukan apa saja untuk memotivasi siapapun di sekitarnya. "Perusahaan tidak akan maju kalau karyawannya tidak bergairah, ayoooo bergairahlah dalam bekerja, ayooo... kerja, kerja, kerja untuk Indonesia". Kata-kata itu tidak akan pernah aku lupakan. Itu pidato paling bersejarah dari seorang "motivator muda", karena beliau (dengar-dengarnya) memakai "hati" anak muda? Wallahualam. Itu sesi yang sangat bersejarah, saya katakan demikian, karena sesi itulah, kami dapat melanjutkan tradisi kongress motivasi hingga memecahkan enam rekor MURI dalam tiga tahun berturut-turut. Pada akhir sesi, saya benar-benar dipermalukan kembali oleh beliau, ketika saya menyodorkan "persembahan kasih" kepada beliau. Dengan "anggukan kepala" dan "senyum" yang sama, beliau menolaknya. Saya tidak berani mencoba dan memaksanya kembali, sebab saya melihat ada api motivasi di mata beliau yang menjelaskan semuanya. Selang seminggu, saya mengirim sebuah foto untuk Bapak Dahlan Iskan setinggi badan dan bertuliskan "NEW HOPE" yang saya tidak tahu mengapa saya menulis "NEW HOPE" di foto tersebut. Yang saya tahu, ketika melihat beliau berlari sambil memegang luka operasi "ganti hati" berlambang mercy di tubuhnya... Itu benar-benar menginspirasi dan saya tahu "Indonesia ada harapan baru". Mungkin, seperti kebanyakan orang yang dirasuki pemberitaan media lebih dari delapan jam sehari tentang politik dan keputusasaan, kita terpaksa menyimpulkan bahwa politik itu penuh dengan kebohongan atau partai itu tidak ada yang jujur atau apalah, ya saya setuju itu. Ya, saya pun tahu dan saya setuju bahwa banyak pemimpin yang mengobral janji ketika hendak dipilih, tetapi yang saya tahu, tidak ada di antara mereka yang berani mengambil risiko antara hidup dan mati atas kesehatannya demi sebuah motivasi dan harapan baru, tidak ada yang berani berlari ke panggung kehormatan sementara dia sadar apa yang dilakukan adalah berisiko kematian. Itulah Dahlan Iskan, "Pak Dahlan, apa yang ada di hati Anda waktu itu? Mengapa?" Pertanyaan itu masih ada dan tidak pernah terjawab sampai hari ini. Tahun lalu, saya mendapat penghargaan dari sebuah organisasi kepemudaan Perserikatan Bangsa Bangsa, di atas mimbar kehormatan itu, saya pun berkata dalam hati yang terdalam "saya berutang budi kepada Pak Dahlan", sebab mungkin beliau tidak sadar walau saya seorang motivator, saya mendapat api motivasi dan harapan pertama dari beliau. Dahlan itu Guru, tanpa kelas, Dahlan itu Teladan, tanpa bicara, kini siapapun akan bangga menyebut diri DAHLANIS, semua akan bangga menyebut diri Murid dari pahlawan berbaju putih itu... Sore ini (24/8), saya merenung ketika menulis surat ini, apakah "NEW HOPE, kata-kata yang saya ukir empat tahun lalu itu, sebuah nubuat atau ramalan atas bangsa ini? Saya percaya, ada "harapan baru DEMI INDONESIA", terima kasih Abah Dahlan Iskan... Sekarang, BERLARILAH di luar panggung kehormatan DEMI INDONESIA, agar Indonesia tahu, agar Indonesia memiliki harapan baru. Berlarilah pahlawanku, pahlawan berbaju putih.... (*) ----------------- *) Penulis adalah seorang motivator budaya, alumni arsitektur S1 Universitas Kristen Petra, pemegang enam rekor MURI dalam tiga tahun berturut-turut memotivasi 518 direktur dan 4.073 manajer, pengarang buku "poor is sin", penerima penghargaan gelar pangeran kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012), penerima anugerah kehormatan sebagai 10 orang berpengaruh di bidang budaya di Indonesia atau The Outstanding Young Persons (TOYP) yang digagas oleh Junior Chamber International atau JCI (19/5/2012), dan pendiri perusahaan motivasi PT Total Quality (Surabaya-Jakarta-Singapura).
New Hope, Berlarilah!
Senin, 26 Agustus 2013 7:11 WIB