Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah petani Madura menggandeng akademisi mengawal kebijakan pemerintah tentang tembakau yang dinilai akan mematikan ribuan petani di sana dengan mulai merapatkan barisan untuk mengawal nasib petani tembakau agar mereka tidak lagi terpinggirkan. Rektor Universitas Trunojoyo Madura, Prof Dr Ir Arifin MS, Sabtu mengatakan bagi warga Madura, tembakau merupakan harta karun. Namun, seiring melimpahnya produktifitas tembakau, ternyata muncul kebijakan yang dianggap kontra produktif dengan para petani. Sehingga, saat panen harga tembakau anjlok dan menjadi beban petani. "Melihat kondisi ini, kami para akademisi bersama petani tembakau melakukan pembahasan terkait nasib tembakau. Karena memang bagi warga Madura tembakau merupakan harta karun yang harus dikelola," katanya di sela-sela sarasehan nasional. Dalam sarasehan nasional tersebut, diharapkan ada formulasi terkait manfaat lain dari tembakau. Seperti manfaat tembakau untuk obat atau formulasi lain, sehingga tidak terlalu membebankan petanui. "Kami berharap nasib petani tembakau harus diselamatkan. Untuk itu, kami mendorong petani untuk memproduksi tembakau berkualitas. Oleh karenannya akademisi ikut terjun," katanya. Ia juga mengungkapkan, dengan anjloknya harga tembakau, akan mematikan sekitar 65 ribu petani di pulau garam tersebut. Apalagi, mereka selama ini tergantung dengan tembakau. "Setidaknya petani tembakau bukan hanya memiliki semangat melawan, namun hasil kajian akademis bisa menjadi modal mensejahterakan petani Madura," kata Arifin. Di tempat yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam-Bangkalan, KH Nurudin, mengatakan, saat ini pemerintah harus tegas mengendalikan impor tembakau. "Kami juga heran, padahal hasil panen melimpah, ternyata masih ada impor tembakau. Kami mendorong pemerintah tidak terlalu banyak mendatangkan tembakau luar negeri. Paling tidak mengimbangi atau lebih tinggi, sehingga petani bisa sejahtera," katanya. Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengakui jika untuk produktif tembakau Jawa Timur sangat berlimpah. Namun, minus di sektor perdagangan tembakau. "Kita surplus untuk tembakau, namun minus untuk sektor perdagangan tembakau sebesar 154 juta dolar," terang Soekarwo. Selain itu, Soekarwo menyampaikan sistem perdagangan tembakau sangat merdeka. "Sehingga pasarnya jenuh, dikarenakan suplainya tinggi. Akibatnya produk tembakau, petani Jatim tidak mampu bersaing," katanya. (*)
Petani Madura Gandeng Akademisi Kawal Kebijakan Tembakau
Sabtu, 6 Juli 2013 17:50 WIB