Pelindo : Cuaca Hambat Penyaluran Beras Impor
Jumat, 4 Januari 2013 19:40 WIB
Surabaya - Humas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Edi Priyanto, mengemukakan, cuaca buruk menjadi faktor penghambat penyaluran beras impor ke kawasan Indonesia timur karena kegiatan bongkar muat komoditas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya harus menunggu cuaca normal.
"Kalau cuaca sedang bagus, tiap hari pelaku usaha bongkar muat bisa memindahkan beras impor hingga 1.800 ton. Tapi, jika hujan tak menentu seperti sekarang kinerja bongkar muat sulit mencapai 1.800 ton per hari," katanya ditemui di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, sesuai ketentuan pemerintah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya mendapatkan tugas sebagai tempat menyalurkan beras impor yakni dengan menerima kedatangan 13 kapal pengangkut beras impor asal Thailand.
"Dari jumlah itu, kini masih 10 kapal yang sudah sandar di pelabuhan tersebut sedangkan tiga kapal lainnya belum," ujarnya.
Namun, kata dia, karena pengaruh cuaca buruk dari 10 kapal yang sudah sandar hanya enam kapal yang selesai melakukan bongkar muat. Mereka berhasil membongkar muat beras impor sebanyak 69.550 ton.
"Sementara, awal penyaluran beras impor ini dilakukan oleh kapal MV Sun Bright sejak tanggal 5 Desember 2012. Tepatnya, pada pukul 15.00 WIB," katanya.
Ia menambahkan, faktor lain penghambat kelancaran penyaluran beras impor di sana yaitu ketersediaan gudang, keberadaan alat bongkar muat, ada tidaknya kecukupan truk, dan kondisi jalan raya yang padat atau tidak.
"Contoh, arus kendaraan yang sangat padat di Pasuruan," katanya.
Lalu, dia memproyeksikan, kepadatan arus kendaraan juga akan terlihat saat Terminal Multipurpose Teluk Lamong mulai beroperasi. Jika diperkirakan operasional terminal tersebut berdampak pada penambahan angka kendaraan sebanyak 1.500 unit per hari.
"Untuk mengurangi kepadatan arus di Teluk Lamong, kami telah mengajukan surat permohonan pembangunan jalan langsung ke Romokalisari kepada Kementerian Pekerjaan Umum," katanya.
Ia berharap, keberadaan jalan langsung tersebut dapat mengurai kepadatan arus di jalur darat sehingga mampu mengurangi mahalnya biaya logistik di Indonesia.
Di tempat berbeda, Kepala Bulog Divisi Regional Jawa Timur, Rusdianto, membenarkan, penyaluran beras impor asal Thailand dilewatkan di Pelabuhan Tanjung Perak.
"Secara keseluruhan importasi beras melalui Jatim akan ada 200.000 ton dan dititipkan di Gudang Bulog yang menyebar di Jatim. Alasannya, pelabuhan kecil di Kawasan Indonesia Timur tidak memiliki gudang," katanya.
Selama beras impor itu belum dikirim ke berbagai titik penyaluran, ia mengemukakan, komoditas tersebut masih menjadi ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Kini, penyaluran beras tahun 2013 di Jatim mencapai 42.000 ton per bulan dan bisa mencukupi kebutuhan masyarakat hingga 11 bulan mendatang.
"Dari 42.000 ton beras maka 30.000 ton di antaranya merupakan beras impor yang juga disimpan di gudang Bulog," katanya.(*)