Surabaya - Dilema subsidi bahan bakar minyak (BBM) dianggap menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2013 karena hal tersebut berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah tahun depan. "Apalagi, Indonesia harus menyiapkan dana sekitar Rp1,8 miliar untuk menutup defisit subsidi BBM guna mengantisipasi permasalahan BBM," kata "Fund Manager" Bahana Investment Management, Budi Hikmat, di Surabaya, Rabu. Namun, prediksi dia, secara umum pada tahun 2013 ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan kinerja tahun 2012. Akan tetapi, banyak risiko yang harus dihadapi sebelum mencapai target pertumbuhan tersebut. "Salah satu risikonya, saat ini perkembangan mata uang Indonesia tampak turun sekitar 5,7 persen. Padahal, negara tetangga yakni Filipina dengan mata uang Peso mampu tumbuh 7,2 persen pada periode sama," ujarnya. Di sisi lain, tambah dia, terjadinya krisis keuangan dan ekonomi di Amerika Serikat (AS) serta beberapa negara di Benua Eropa perlu diantisipasi dengan lebih baik oleh pemerintah. "Penyebabnya, kini secara perlahan situasi keuangan di AS dan Eropa semakin membaik dibandingkan sejak awal terkena krisis," katanya. Untuk itu, ia menyatakan, ada baiknya saat ini sejumlah negara di Benua Asia termasuk Indonesia harus mulai menerapkan strategi peningkatan ekonomi contoh lebih banyak menjual barang jadi ke pasar ekspor. "Secara umum, upaya tersebut dapat dijadikan solusi mengingat penyebab Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi dan keuangan akibat fokusnya terhadap ekspor," katanya. (*)
Dilema Subsidi BBM Hambat Pertumbuhan Ekonomi 2013
Rabu, 12 Desember 2012 9:35 WIB