Situbondo (ANTARA) - Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menargetkan 2.800 hektare bongkar ratoon lahan tanaman tebu di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, guna meningkatkan produktivitas tebu.
Bongkar ratoon merupakan proses membongkar tanaman tebu yang sudah tiga kali kepras/panen karena produktivitasnya turun, sehingga dilakukan penanaman benih baru.
"Program bongkar ratoon dan perluasan tanaman tebu ini merupakan program Kementerian Pertanian, dan Situbondo ditargetkan 2.800 hektare hingga akhir 2025," kata Koordinator Pabrik Gula (PG) Situbondo, Mulyono di Situbondo, Senin.
Dia menyampaikan, program bongkar ratoon untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu ini sebagai upaya pemerintah meningkatkan produktivitas tebu untuk tercapainya swasembada gula.
Secara nasional, lanjut Mulyono, Kementerian Pertanian menargetkan 100 ribu hektare, dan khusus di Jawa Timur seluas 71 ribu hektare.
"Sampai dengan hari ini pengajuan bongkar ratoon dari gabungan kelompok petani tebu baru mencapai sekitar 800 hektare, karena sebagian petani juga ada yang melakukan bongkar ratoon mandiri," ujarnya.
Mulyono menyebutkan, tiga pabrik gula di Situbondo yakni PG Assembagoes, PG Pandji dan PG Wringinanom sudah bekerja berkoordinasi dengan gabungan kelompok petani tebu.
"Untuk sementara di PG Assembagoes yang siap bongkar ratoon ada 519 hektare, PG Pandji 243 hektare dan PG Wringinanom 143 hektare. Ini dilakukan secara bertahap dan anggaran program bongkar ratoon ini harus terserap hingga 31 Desember 2025," General Manajer PG Assembagoes itu.
Informasi diperoleh ANTARA, bagi para petani yang ingin mendapatkan bantuan program bongkar ratoon wajib tergabung dalam gabungan kelompok petani tebu maupun lembaga lain termasuk di Asosiasi Petani Tebu Rakyat atau APTR.
Masing-masing petani atau setiap Nomor Induk Kependudukan (NIK) mendapatkan jatah bongkar ratoon sekaligus ongkos kerja maksimal lima hektare.
Kementan targetkan bongkar ratoon di Situbondo seluas 2.800 hektare
Senin, 13 Oktober 2025 12:26 WIB
Koordinator Pabrik Gula Situbondo, Jawa Timur, Mulyono. ANTARA/Novi Husdinariyanto
