Nganjuk (ANTARA) - Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengungkapkan keberanian aktivis buruh Marsinah menjadi semangat baru sekaligus mengguncang nurani, yang bisa menjadi contoh bagi generasi muda.
Ia menegaskan bahwa pemerintah merespons positif terkait keberanian Marsinah. Bahkan, diusulkan menjadi pahlawan nasional. Usulan tersebut juga didukung langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, yang disampaikan saat peringatan Hari Buruh 2025, 1 Mei 2025 di Jakarta.
"Marsinah bukan pejabat, bukan tokoh besar, bukan pemimpin partai atau pengusaha berpengaruh. Ia hanya seorang buruh, gadis muda dari Desa Nglundo, Nganjuk tapi keberaniannya mengguncang nurani kita hingga hari ini," katanya di Nganjuk, Jawa Timur, Jumat.
Gus Ipul, sapaan akrabnya saat menghadiri seminar bertajuk 'Marsinah: Perjuangan, Kemanusiaan, dan Pengakuan Negara' yang dilaksanakan di salah satu hotel wilayah Kabupaten Nganjuk tersebut mengatakan Marsinah adalah potret perempuan pekerja yang berani memperjuangkan hak-hak buruh dan kemanusiaan pada masanya.
"Marsinah tidak berjuang untuk dirinya sendiri. Ia berjuang untuk hak orang banyak. Untuk rezeki yang layak, untuk martabat buruh, dan untuk rasa keadilan yang sederhana," ungkap Gus Ipul.
Ia menambahkan perjuangan Marsinah bukan dimaknai dari sisi konflik atau kontroversinya, namun dari sisi nilai-nilai luhur kemanusiaan yang ia tunjukkan.
"Marsinah adalah simbol tentang apa artinya menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berani berkata benar, bahkan ketika dunia memilih diam," ujar dia.
Gus Ipul menekankan bahwa Marsinah bukan berjuang dengan senjata tapi membawa hati yang jujur.
"Dalam Pancasila, sila kedua berbunyi 'Kemanusiaan yang adil dan beradab.' Marsinah menjalani sila itu bukan dengan kata, tapi dengan laku," katanya penuh semangat.
Pihaknya mengungkapkan sejak kepergiannya hampir 32 tahun lalu, nama Marsinah masih harum. Bahkan, kini didengungkan untuk menjadi salah satu Pahlawan Nasional.
"Ketika Presiden Prabowo berbicara tentang Marsinah sebagai Pahlawan Nasional, kita sesungguhnya diajak merenungkan tentang sesuatu yang lebih besar, dari sekadar penghargaan. Presiden menekankan pesan moral kepada kita semua khususnya generasi muda," ujar Gus Ipul.
Kementerian Sosial, kata dia, juga menjadi salah satu lembaga yang ditugaskan untuk menilai, meneliti, dan mengakui jasa-jasa mereka yang telah memberi cahaya bagi bangsa ini.
"Namun lebih dari sekadar gelar, kami ingin menyalakan kembali api yang pernah dinyalakan Marsinah, api keberanian, kejujuran, dan solidaritas sosial," katanya.
Gus Ipul berharap diskusi yang dilaksanakan dapat memperkaya pemahaman tentang arti perjuangan dan kemanusiaan.
"Mengusulkan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional bukanlah sekadar mengenang, tetapi menegakkan martabat bangsa," kata dia.
Marsinah adalah perempuan asal Nganjuk, Jawa Timur. Ia lahir pada 10 April 1969, anak kedua dari pasangan Astin dan Sumini. Kakak dan adiknya pun sama-sama perempuan
Semasa hidupnya, Marsinah pernah bekerja sebagai buruh di PT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik arloji di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Saat bekerja di PT CPS itu, Marsinah terkenal vokal terkait kesejahteraan buruh. Dia bahkan terkenal sebagai aktivis dalam organisasi buruh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) unit kerja PT CPS.
Namun, ia meninggal tragis karena disiksa dan dibunuh saat memperjuangkan hak-hak buruh di PT CPS pada tahun 1993. Tubuhnya ditemukan tewas setelah tiga hari diculik.
