Pemkab Bojonegoro Kaji Pemanfaatan Air
Selasa, 25 September 2012 14:02 WIB
Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, mengkaji pemanfaatan potensi air di wilayahnya, baik air permukaan maupun sumber mata air yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar meter kubik/tahun untuk pengembangan air irigasi pertanian.
Pj Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro Baktiono, Selasa, menjelaskan, pemanfaatan potensi air sebesar 1,5 miliar meter kubik/tahun, untuk kebutuhan irigasi pertanian itu, dilakukan dengan membangun tampungan air, bisa bendungan, waduk dan embung.
Pembangunannya, kata dia, dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah Pusat melalui Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah dan Pemprov Jatim.
"Pemkab pada prinsipnya mendukung dana pembangunan waduk atau yang lainnya untuk tampungan air, seperti Bendung Gerak Karangnongko Bengawan Solo," katanya, mengungkapkan.
Ia menjelaskan, pemkab sendiri, juga akan mengembangkan tanah "solo vallei werken", di wilayah selatan, sebagai embung desa yang bermanfaat menampung air hujan.
"Yang jelas, pemanfaatan potensi air yang ada masih minim dibandingkan dengan potensi air yang terbuang percuma ke laut," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti mengatakan, pihaknya memprogramkan pembangunan jaringan irigasi sepanjang 5 kilometer lebih untuk areal pertanian seluas 6.000 hektare dengan memanfaatkan air tampungan Bendung Gerak Bengawan Solo.
Ia menyebutkan, rencana pembangunan jaringan irigasi dengan memanfaatkan air Bendung Gerak di Desa Padang, Kecamatan Trucuk itu, mulai Kecamatan Kalitidu 744 meter, Malo 663 meter, Padangan 944 meter, dan Dander 952 meter.
Selain itu, di Kecamatan Purwosari 253 meter, Ngasem, 351 meter, Kasiman 269 meter dan Kedewan 174 meter, yang selama ini bukan masuk areal pertanian sistem pompanisasi Bengawan Solo.
"Program pengembangan jaringan irigasi ini dilakukan bertahap mulai 2013 hingga 2017, dengan biaya sekitar Rp1 juta per meter persegi," katanya menjelaskan.
Program jaringan irigasi sepanjang 5 kilometer lebih itu lokasinya di daerah hulu Bendung Gerak Bengawan. Areal pertanian di wilayah setempat sebagian sudah memanfaatkan air Bengawan Solo dengan sistem pompanisasi. (*)