Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan Rabu (16/7), IHSG ditutup menguat ke level 7.192,02 atau naik 0,72 persen.
Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim di Jakarta, Kamis, mengatakan penguatan tersebut juga dipengaruhi oleh dua katalis utama, yakni keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level 5,25 persen, serta penurunan tarif resiprokal antara Indonesia dan AS dari 32 persen menjadi 19 persen.
“Kedua sentimen tersebut menjadi faktor yang mendorong penguatan indeks pada Rabu (16/7),” katanya.
Secara teknikal, Ratna mengatakan indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) masih menunjukkan pelebaran positive slope, mengindikasikan tren penguatan IHSG masih berlanjut.
Menurut dia, selama indeks mampu bertahan di atas dukungan psikologis 7.150, ada peluang untuk menguji level resistance di kisaran 7.200 hingga 7.250.
Meski demikian, ia mengingatkan pelaku pasar untuk tetap mewaspadai aksi ambil untung (profit taking), mengingat indikator Stochastic RSI telah memasuki area jenuh beli (overbought).
Jika IHSG gagal menembus 7.200, tekanan jual jangka pendek bisa saja muncul.
Sementara dari sisi global, investor menantikan rilis data ekonomi penting, termasuk tingkat pengangguran di Inggris, inflasi di Eropa, dan penjualan ritel di AS. Ketiga indikator tersebut berpotensi memengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.
Dari analisa hariannya, Phintraco Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham emiten yang diperkirakan menguat antara lain JPFA, BIRD, SMGR, SMBR, dan TOBA.