Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan sejumlah hal yang dibutuhkan untuk mempersatukan kehidupan di Indonesia, mulai dari komitmen, integritas, hingga ilmu pengetahuan.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Haedar menyebutkan bahwa pertama, komitmen, integritas dan penghidmatan yang tinggi telah ditunjukkan oleh para pejuang bangsa baik dalam perang kemerdekaan maupun perjuangan di berbagai bidang sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka.
Haedar mencontohkan, Panglima Besar Jenderal Soedirman, tokoh yang berasal dari kalangan Muhammadiyah, sebagai teladan pengabdian dan komitmen luhur.
“Jenderal Soedirman menjadi contoh ideal yang membumi tentang integritas dan pengabdian. Dalam usia muda, beliau menunjukkan kepemimpinan luar biasa dalam Perang Gerilya. Itulah teladan untuk generasi muda hari ini,” katanya.
Yang kedua, dia melanjutkan, menanamkan dan menjadikan nilai-nilai keindonesiaan tetap hidup dalam mengurus negara dan berbangsa bernegara.
Haedar menyatakan bahwa pewarisan nilai-nilai Pancasila tidak boleh sekadar simbolik, tetapi harus terwujud nyata dalam tindakan.
“Warisan nilai itu mahal. Kita harus hidupkan dalam praksis sehari-hari, dipadukan dengan nilai agama dan budaya luhur bangsa,” dia menambahkan.
Ketiga, Haedar menyerukan agar masa depan Indonesia dirancang dengan menggabungkan kemajuan intelektual dan teknologi (IPTEK) dengan kekayaan nilai-nilai luhur.
Menurutnya, bangsa Indonesia harus menghindari dua ekstrem: kehilangan nilai karena mengejar kemajuan, atau stagnan karena hanya menjaga tradisi.
“Perpaduan antara kemajuan dan nilai adalah kepentingan bersama agar kita bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain,” katanya.
Selain itu, katanya, karena lemahnya penghayatan akan nilai perjuangan, tidak sedikit generasi elit bangsa saat ini saling berebut pengaruh dan kuasa.
Dia menilai, kekuasaan berlebih yang minim penghayatan nilai Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa dapat membuat retak kehidupan karena politik saling rebut kuasa itu.
“Jadi, tidak heran bila sekarang ada gejala, banyak orang berebut menjadi penentu kehidupan, tidak banyak berebut menjadi pemersatu kehidupan,” katanya.