Beijing (ANTARA) - Sebanyak 25 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari berbagai daerah di Indonesia ikut berpartisipasi dalam China International Small and Medium Enterprises Fair (CISMEF) ke-20 yang berlangsung pada 27–30 Juni 2025 di Guangzhou, provinsi Guangdong, China.
"UMKM Indonesia harus lebih berani memasuki pasar internasional dan siap berinovasi agar produknya bisa bersaing," kata Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing Budi Hansyah dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Beijing pada Senin.
Kehadiran 25 UMKM Indonesia tersebut menurut Budi merupakan hasil kerja sama Atase Perdagangan KBRI Beijing dan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UKM.
"Mereka antara lain berasal dari Semarang, Malang dan Lombok dengan produk yang ditampilkan adalah makanan olahan, produk fesyen, kerajinan tangan, perhiasan mutiara, bahan pangan sehat, sarang burung walet, gaharu serta kopi khas Indonesia," tambah Budi.
"Booth" Indonesia berada di di Hall 17.2, Area D (D1–D24) dengan total ruangan pameran seluas 216 meter persegi. Desain "booth" dirancang untuk memaksimalkan visualisasi produk dan kenyamanan pengunjung dalam menjalin interaksi bisnis.

"Karena selain pameran ada juga UMKM yang melakukan 'business matching' dengan beberapa pembeli besar di sini," ungkap Budi seraya menambahkan bahwa keikutsertaan Indonesia tahun ini menjadi yang pertama setelah enam tahun absen dalam pameran yang sama.
Selama empat hari pameran, tercatat potensi transaksi ritel langsung (B2C) mencapai 241.783,8 RMB atau setara dengan Rp33.749,36 serta potensi kerja sama bisnis (B2B) senilai 773.200 dolar AS (sekitar Rp12,5 miliar).
Tiga perusahaan Indonesia berhasil mencatat nilai potensi kerja sama signifikan, yaitu PT. Mandala Prima Makmur dengan komoditas kakao dan rempah dengan nilai kerja sama 559.200 dolar AS (sekitar Rp9 miliar).
Selanjutnya PT. Komodo Maju Panga dengan produk kerupuk udang dengan nilai potensi bisnis sebesar 90.000 dolar AS (sekitar Rp1,45 miliar) dan PT. Ladang Lima dengan produk makanan bebas gluten yang memiliki potensi bisnis senilai 124.000 dolar AS (sekitar Rp2 miliar).
"Partisipasi ini memberikan eksposur positif bagi produk UMKM Indonesia dan memperkuat citra Indonesia sebagai mitra dagang yang inovatif dan kompetitif," tambah Budi.
Budi pun menyebut produk makanan sehat, kopi dan perhiasan menjadi favorit utama pengunjung.
"China merupakan pusat semua produk di dunia, tapi produk Indonesia tetap punya ruang untuk masuk dan memberikan warna bagi konsumen di sana," kata Budi.
KBRI Beijing, melalui Atase Perdagangan juga akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk meningkatkan kualitas partisipasi Indonesia di ajang pameran internasional mendatang.