Banyuwangi (ANTARA) - Pasangan suami istri pelaku usaha pengepul buah-buahan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sukses meraup omzet hingga Rp40 juta per minggu dari modal awal Rp3 juta dari program pembiayaan PT BTPN Syariah Tbk.
Lilik Ekowijayanti (50) bersama suaminya Seger Riyanto (54) warga Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu nasabah inspiratif binaan PT BTPN Syariah yang mampu mengelola keuangan dari pembiayaan tanpa agunan untuk modal usahanya.
"Alhamdulillah saya bersyukur mendapatkan akses keuangan berupa pembiayaan tanpa agunan, selain itu juga ada pendampingan dalam mengelola keuangan usaha kami," katanya di Banyuwangi, Kamis.
Lilik menceritakan, semula memulai usahanya menjadi pengepul buah-buahan seperti jeruk, pepaya, dan buah naga pada tahun 2020, dan mendapatkan pinjaman modal Rp3 juta dari BTPN Syariah dengan bunga relatif rendah.
Dari modal Rp3 juta itu, katanya, ia memulai bisnis membeli buah-buahan jeruk, pepaya dan buah naga dari para petani di Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, dan dijual ke pedagang di Ponorogo.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Lilik, usaha yang ditekuni bersama suaminya itu terus berkembang dan bahkan pada 2024 mendapatkan tambahan permodalan dari BTPN Syariah menjadi Rp13 juta.
"Jadi, dari tahun ke tahun permodalan terus ditambah, pada tahun 2020 Rp3 juta, tahun 2021 Rp5 juta, tahun 2022 Rp7 juta, 2023 Rp10 juta dan pada 2024 Rp13 juta," kata Lilik.
Saat ini, katanya, bisnis tengkulak buah-buahan UD Mekar Jaya milik pasangan suami istri itu omzetnya mampu mencapai Rp40 juta per minggu atau Rp160 juta per bulan.
"Kami mengirim buah jeruk ke Ponorogo seminggu bisa dua kali, dan omzet sekali kirim sekitar Rp20 juta," kata Seger.
Sementara itu, Kepala Desa Bulurejo, Widarto mengapresiasi BTPN Syariah selain memberikan akses keuangan berupa modal usaha, kepada nasabah juga memberikan pendampingan dalam mengelola keuangan.
"Mudah-mudahan ini menjadi contoh bagi pelaku usaha lainnya di desa kami," katanya.
Kades Widarto menyatakan siap memfasilitasi program BTPN Syariah untuk menyosialisasikan kepada masyarakat dengan harapan warga lainnya juga sukses seperti pasangan suami istri Seger Riyanto dan Lilik Ekowijayanti.
"Tentu model pembiayaan semacam ini bagus untuk pemberdayaan masyarakat, karena selain mendapatkan kemudahan akses keuangan juga memperoleh pendampingan," tuturnya.
Sementara Corporate & Marketing Communication Head BTPN Syariah Ainul Yaqin menyampaikan pihaknya fokus melayani masyarakat inklusi dalam memberikan akses keuangan berupa pembiayaan tanpa agunan bagi para perempuan pelaku ekonomi ultra mikro yang belum tersentuh layanan keuangan profesional.
"Calon nasabah kami ikut pelatihan selama lima hari, kalau mereka lolos baru mendapatkan pinjaman modal tanpa agunan," katanya.
Menurut Ainul Yaqin, perilaku unggul (berani berusaha, disiplin, kerja keras dan saling bantu) menjadi fokus utama BTPN Syariah.
"Percuma dikucurkan uang berapa pun kalau tidak ada karakter untuk berkembang tidak akan berhasil, jadi perilaku unggul itu menjadi yang utama BTPN Syariah," katanya.
Ainul menambahkan, pertemuan rutin sentra (PRS) menjadi kegiatan rutin ibu-ibu (nasabah) tiap dua minggu sekali di rumah ketua koordinator kelompok (penerima pembiayaan).
Pertemuan rutin sentra ini menjadi tempat berkumpulnya kelompok perempuan pelaku ekonomi nasabah BTPN Syariah, selain menjadi tempat membayar angsuran dan pencairan pembiayaan juga jadi wadah berkumpulnya ibu-ibu saling berbagi perkembangan usaha mereka.
Petugas BTPN Syariah juga mengedukasi ibu-ibu yang didominasi pelaku usaha mikro itu terkait dengan pengelolaan keuangan karena pencatatan keuangan penting bagi pelaku usaha.
Dengan memberikan edukasi pengelolaan keuangan oleh pejabat BTPN Syariah, pelaku ekonomi mikro penerima pembiayaan dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran bisnis setiap harinya dapat terkontrol dengan baik.
"Kami tidak hanya memfasilitasi akses keuangan berupa pembiayaan, namun kami juga ada program pendampingan bagaimana usahanya bisa terus berkembang," kata Ainul.