Lahan Sawah di Madiun Menyusut 50 Persen
Minggu, 29 Juli 2012 15:40 WIB
Madiun - Luas lahan sawah di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menyusut hingga 50 persen akibat terbatasnya pengairan selama musim kering berlangsung tahun ini.
Data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura setempat mencatat, jika selama musim penghujan lahan sawah bisa mencapai 32.000 hektare, namun kini diperkirakan hanya seluas 15.000 hektare saja yang dapat ditanami padi.
"Karena itu, petani memang disarankan untuk menanam palawija selama MK II ini yang bersamaan dengan musim kering. Ini dilakukan agar ancaman kerugian petani karena sawah puso dapat dicegah," ujar Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Madiun yang juga Plt Dinas Pertanian setempat, Budi Tjahyono, Minggu.
Meski demikian, pihaknya mengaku tidak dapat memaksa jika petani tetap ingin menanam padi saat musim kering seperti ini. Sebab, hal itu merupakan kemauan dari petani sendiri.
Pihak dinas pertanian hanya memberikan anjuran, disamping langkah-langkah lain untuk antisipasi mengurangi kerugian akibat kekeringan.
"Bisa saja petani nekat menanam padi hibrida yang memiliki usia panen lebih pendek, yakni hanya 85 hari. Namun, tetap saja varietas tanaman tang paling tepat selama musim kering adalah palawija," tuturnya.
Untuk mendukung sistem pengairan sawah, Pemkab Madiun akan memaksimalkan sejumlah waduk yang ada di wilayahnya. Selain itu juga memaksimalkan sumur pompa dalam bantuan pemerintah dan juga sumur pantek yang dimiliki oleh petani sendiri.
Pemerintah Kabupaten Madiun juga terus berupaya untuk mengembangkan sistem irigasi di wilayahnya. Data Dinas PU Pengairan setempat mencatat, sistem irigasi khususnya saluran sekunder mengalami perkembangan hingga 70,40 persen dalam periode hampir lima tahun terakhir. Yakni dari panjang sekitar 22.470,3 meter menjadi 39.638 meter.
Demikin juga dengan panjang saluran irigasi air tanah, yang mengalami perkembangan sebesar 37,37 persen. Yakni dari panjang 109.500 meter menjadi 150.415 meter.
Upaya lain untuk menekan kerugian, diharapkan petani juga jeli dalam melihat situasi dan iklim yang ada. Ini dapat dilakukan dengan melihat dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, seperti tingkat curah hujan dan lainnya. (*)