Surabaya, Jawa Timur (ANTARA) - Telkom University mendorong pembentukan karakter kepemimpinan bagi para generasi muda agar mampu menghadapi dan menjawab tantangan era disrupsi teknologi melalui penyelenggaraan East Java Student Leader Summit (EJSLS) 2025).
Rektor Telkom University Prof. Dr. Suyanto menyatakan karakter kepemimpinan yang berpijak pada empati dan profesionalitas sangat penting bagi generasi muda selain sikap adaptif di tengah era disrupsi teknologi.
“Saat ini kita tidak hanya berbicara soal kepemimpinan yang vokal tapi tentang siapa yang mampu menjadi solusi, memahami zaman, dan memimpin dengan hati,” katanya di Surabaya, Sabtu.
Suyanto mengatakan kepemimpinan menjadi bekal utama bagi generasi muda untuk menghadapi dinamika sosial, teknologi, hingga lingkungan global di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.
Ia mengingatkan kepemimpinan bukan sekadar soal jabatan atau wewenang tetapi tentang keberanian untuk mengambil peran, menginspirasi sesama, dan membawa perubahan yang positif.
Melalui EJSLS, kata dia, pihaknya ingin menanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini mengingat Telkom University juga sedang mengembangkan sistem pembelajaran berbasis SAFE AI yakni Artificial Intelligence yang Secure, Accurate, Fair, dan Explainable.
EJSLS yang diikuti oleh ratusan pelajar SMA/SMK sederajat dari Jawa Timur ini berupaya mengasah kepercayaan diri, memperkuat keterampilan kepemimpinan, serta menjalin ikatan kekeluargaan antar pelajar lintas daerah.
Tidak hanya itu, EJSLS juga menjadi media berbagi pengalaman dan inspirasi sehingga para peserta mampu mempersiapkan diri dengan bijak dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat.
“Ini adalah bentuk komitmen kami untuk mencetak pemimpin yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tapi juga bijak secara sosial dan etis,” ujar Suyanto.
Salah satu upaya Telkom University dalam mendukung pembentukan karakter kepemimpinan terhadap diri generasi muda adalah dengan menghadirkan seorang creativepreneur dan content creator muda Danang Giri Sadewa.
Danang mengingatkan kepada generasi murah bahwa mereka perlu membentuk personal branding sejak masih mencari jati diri atau passion tanpa melebih-lebihkan atau harus otentik.
Ia menuturkan generasi muda juga dapat menggunakan sosial media sebagai alat atau medium mereka dalam memperkenalkan personal branding.
Meski demikian, Perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Dr. Mustakim mengingatkan pentingnya membekali generasi muda dengan fondasi moral di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan.
Ia menegaskan kepemimpinan masa depan tetap harus dibangun di atas landasan integritas, spiritualitas, dan kemanusiaan sehingga teknologi akan menjadi alat untuk kebaikan bukan ancaman.
“AI bisa membantu banyak hal, tapi tidak bisa menggantikan hati nurani. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter,” ujarnya.*