Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengingatkan penggunaan gawai dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pada siswa harus dengan panduan guru.
"Memang penggunaan AI ini tetap perlu dipandu oleh para guru. Mereka lah yang memahami materi pelajarannya," kata Mu'ti dalam kegiatan Peluncuran Gemini Academy 2025 dan Gerakan Edukreator melalui Akademi Edukreator di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta pada Rabu.
Mu'ti menjelaskan penggunaan coding dan AI pada siswa harus dipandu oleh guru karena AI memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan itu, antara lain AI bisa diakses dengan cepat dan mudah serta siswa bisa mendapatkan informasi yang tidak benar dari AI.
"Kelemahannya karena dia bisa diakses dengan mudah dan bisa cepat maka kelemahannya ada dua. Yang pertama bisa jadi informasi yang diperoleh itu belum tentu informasi yang benar," imbuhnya.
Teknologi yang cepat dan informasi yang bisa diakses dengan mudah tersebut pada gilirannya dapat membuat siswa enggan membaca buku.
Oleh karena itu, ia mengatakan perlu adanya sinkronisasi antara program coding-AI dengan upaya peningkatan kemampuan literasi dan numerasi.
"Menurut saya perlu disinkronkan dengan misalnya mendorong murid-murid untuk membaca buku, baik teks tertulis maupun dengan sajian-sajian elektronik atau bentuk-bentuk pembelajaran permainan yang mengkontekstualisasi materi-materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari," kata Mu'ti.
Sebagai informasi, pihaknya tetap akan menjadikan AI dan coding sebagai mata pelajaran pilihan di tahun ajaran 2025/2026.
Pihaknya juga telah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Google agar pembelajaran coding-AI dapat terlaksana.
"Tapi saya ingin tegaskan sekali lagi bahwa untuk tahun 2025-2026 AI dan coding ini masih menjadi mata pelajaran pilihan. Bukan mata pelajaran yang wajib," katanya menegaskan.