Malang Raya (ANTARA) - Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Pieter Cannys Zulkifli menganggap adanya narasi yang mempertanyakan keaslian ijazah milik Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo hanya menimbulkan kegaduhan publik.
Pieter di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu, mengatakan bahwa narasi yang dibangun dengan menyebut ijazah milik Jokowi palsu seharusnya tidak perlu muncul, karena justru akan membuat masyarakat gusar.
"Kami juga mencoba memberikan masukan agar semua pihak terlibat untuk aktif memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mudah dijadikan komoditi politik oleh elit-elit yang selama ini punya kebiasaan membuat gaduh negara, nanti akhirnya, ujung-ujungnya, yang rugi tetap masyarakat," kata Peiter yang juga merupakan mantan Ketua Komisi III DPR RI ini.
Peiter mengaku kini sedang mendalami narasi yang dibangun kelompok tertentu itu apakah berpotensi mengarah ke pelanggaran hukum atau tidak.
"Kalau masalah (pelaporan) kami sedang mendalami untuk melakukan upaya hukum tapi tunggu tanggal mainnya," ucapnya.
Peiter menjelaskan upaya yang dilakukannya juga sebagai langkah mencegah masyarakat terprovokasi oleh narasi yang kini telah terbangun.
Justru, kata dia, elit seharusnya lebih membangun narasi yang tidak menjadikan masyarakat hanya sebagai komoditas politik.
Maka dari itu, dirinya berharap masyarakat tidak terpancing dengan adanya isu-isu yang tak tentu kebenarannya.
"Masyarakat harus mendapatkan edukasi yang baik masyarakat, ini harus mendapatkan perhatian agar tidak dihasut dan dijadikan komoditas politik oleh sekelompok orang yang selama ini justru tidak punya kontribusi terhadap bangsa dan negara," tuturnya.
Mantan anggota DPR anggap narasi ijazah Jokowi hanya timbulkan kegaduhan
Rabu, 23 April 2025 16:02 WIB

Arsip Foto : Mantan anggota DPR RI Pieter Cannys Zulkifli saat ditemui di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (22/4/2025). ANTARA/HO-Is
Kami juga mencoba memberikan masukan agar semua pihak terlibat untuk aktif memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mudah dijadikan komoditi politik oleh elit-elit yang selama ini punya kebiasaan membuat gaduh negara