Jakarta (ANTARA) - Ekonom dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee menilai potensi kenaikan harga emas akan terbatas pada tahun ini karena sudah naik cukup banyak tahun lalu sekitar 27,25 persen.
“Karena emas sudah naik banyak dari tahun lalu, maka hitungan kami potensi kenaikan terbatas,” ujar Hans kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Pada awal tahun lalu, harga emas sebesar 2.062 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ons. Memasuki akhir tahun 2024, harga emas menyentuh 2.624 dolar AS per troy ons atau meningkat 27,25 persen.
Per Kamis (10/4), harga emas sekitar 3.114 dolar AS per troy ons atau meningkat 18,67 persen.
“Kalau target tertinggi kami 3.300 (dolar AS per troy ons). Artinya, hanya potensi naik 5,9 persen dengan risk meningkat,” katanya.
Ia menuturkan emas hanya instrumen investasi aman (safe haven) yang diambil ketika terjadi potensi krisis ekonomi. Namun, mengingat keadaan ekonomi AS yang mungkin hanya mengalami resesi kecil, kenaikan harga emas diperkirakan akan terbatas.
Oleh karenanya, Hans menganggap investor di Indonesia harus memiliki cash dan mulai membeli saham-saham dengan fundamental bagus yang telah terkoreksi besar, seiring kecenderungan pasar global akan menghindari dolar AS sebagai instrumen investasi.
“Perang dagang langsung melibatkan AS dan China, bahkan AS melawan Seluruh dunia, (membuat) AS berpotensi resesi dan The Fed mungkin akan menurunkan bunga 3 sampai 4 kali untuk tahun in, maka dolar AS bukan pilihan tepat,” ucapnya.
Harga emas melonjak tajam pada sesi perdagangan pagi di Asia hari ini, kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Emas spot sempat menyentuh level tertinggi di 3.219 dolar AS per troy ons, dengan kenaikan lebih dari 5 persen dalam sepekan dan telah naik lebih dari 22 persen sejak awal tahun, sekali lagi mencetak rekor tertinggi baru.
Mengacu data tersebut, harga spot emas tahun ini ada proyeksi harga emas bisa ke 3.300-3.500 dolar AS per troy ons atau hampir Rp2 juta per gram.