Bojonegoro (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meminta petani setempat memantau harga gabah yang tidak sama saat memasuki panen agar tidak salah menjual hasil panennya.
"Panen raya sekarang ini harga gabah tidak stabil, petani harus memantau dan mencari informasi mengenai harga gabah," kata Plt. Kepala DKPP Kabupaten Bojonegoro, Zaenal Fanani di Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis.
Zaenal menuturkan harga padi yang dibeli pedagang dari petani terdapat perbedaan mulai Rp5.400 sampai Rp6.400, namun ada juga yang sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni sebesar Rp6.500.
Zaenal menghimbau kepada petani untuk bisa menjual gabah hasil panen kepada Bulog setempat sesuai HPP Rp6.500 atau lebih sehingga jangan sampai para petani merugi.
"Kalau kesulitan menjual hasil panen (gabah), bisa menghubungi DKPP atau PPL setempat," ujarnya.
Terlebih, ia mengatakan pada Maret luas lahan persawahan yang panen di Bojonegoro mencapai 47.996 hektare sedangkan pada April ada sekitar 15.195 hektare dan untuk Mei diperkirakan masih ada 4.000 hektare.
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lanjut Zaenal, lahan pertanian di Kabupaten Bojonegoro menjadi salah datu daerah penghasil gabah terbesar di Jawa Timur.
Secara detil, Kabupaten Lamongan 776.291 ton, Kabupaten Ngawi 765.704 ton, dan Kabupaten Bojonegoro 710.527 ton.
"Kabupaten Bojonegoro menjadi daerah produsen gabah ke tiga di Jawa Timur dengan luas 83.000 hektare," katanya.
