Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, Indonesia dapat mengurangi dampak dari perang dagang jilid II yang menciptakan ketidakpastian tinggi bagi ekonomi global melalui tiga strategi.
Ketiga strategi tersebut ialah diplomasi aktif, diversifikasi pasar ekspor, dan penguatan daya saing industri padat karya.
“Indonesia berpotensi terdampak dalam jangka pendek melalui pelemahan ekspor dan tekanan pasar keuangan, namun bisa mengurangi risiko melalui diplomasi aktif, diversifikasi pasar ekspor, dan penguatan daya saing industri padat karya di tengah turbulensi global,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk menempuh jalur negosiasi terhadap Negeri Paman Sam dalam merespon kebijakan tarif impor yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Ada lima poin negosiasi yang akan dilakukan oleh pemerintah. Pertama adalah melakukan relaksasi kewajiban tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk industri teknologi komunikasi dan informasi, seperti Apple, Microsoft, dan Oracle.
Kedua, mengevaluasi larangan dan pembatasan perdagangan antara Indonesia dengan AS. Selanjutnya yaitu mempercepat sertifikasi halal untuk produk AS ke pasar Indonesia yang didominasi Muslim.
Kemudian, meningkatkan impor produk agrikultur (biji kedelai dan gandum), serta peralatan teknis maupun migas dari AS.
Terakhir, menyiapkan insentif fiskal dan non fiskal untuk produk AS, sekaligus menjaga daya saing produk ekspor ke Negeri Paman Sam.
Pemerintah Indonesia juga sedang mengatur strategi untuk melindungi kepentingan dalam negeri dengan diversifikasi ekspor.
Sasaran negara tujuan diversifikasi ekspor yang disampaikan pemerintah antara lain negara-negara Afrika seperti Mesir dan Nigeria. Indonesia juga dapat merebut peluang ekspor dari negara-negara yang terkena tarif tinggi, terutama di sektor elektronik, alas kaki, dan garmen.
Dalam menguatkan daya saing industri padat karya, pemerintah menerapkan deregulasi secara besar-besaran.
Salah satu perhatian utama pemerintah adalah sektor tekstil dan produk tekstil yang saat ini menyerap hampir empat juta tenaga kerja dan mencatatkan ekspor lebih dari dua miliar dolar AS.
Presiden RI Prabowo Subianto juga telah memberikan instruksi untuk mendorong agar program padat karya masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Hal tersebut dilakukan agar berbagai kemudahan perizinan dan fasilitas insentif bisa segera diberikan.
Pemerintah memastikan akan terus melakukan deregulasi dan debirokratisasi, maupun mempermudah perizinan untuk pengembangan, termasuk terkait dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), serta pembentukan satuan tugas untuk melakukan percepatan.
Penguatan daya saing industri dilakukan pula pemerintah Indonesia dengan menyiapkan paket revitalisasi mesin-mesin produksi, seperti kredit investasi sebesar Rp20 triliun dengan subsidi bunga lima persen untuk delapan tahun untuk sektor padat karya seperti tekstil, sepatu, makanan minuman, hingga furnitur.
Seperti diketahui, tarif pemerintah Amerika terhadap barang impor dari China mencapai 104 persen yang terdiri dari bea tambahan impor sebesar 20 persen, tarif resiprokal 34 persen, dan tarif tambahan pada hari ini sebesar 50 persen.
Josua menilai keadaan tersebut merupakan eskalasi serius yang berpotensi membawa dunia ke arah perang dagang total.
Jika tren ini berlanjut dan dibalas secara proporsional oleh China, lanjutnya, maka akan terjadi spiral proteksionisme yang menekan perdagangan internasional, merusak rantai pasok global, dan meningkatkan risiko resesi secara signifikan.
Secara global, risiko resesi yang sebelumnya diperkirakan sekitar 40 persen telah meningkat ke level 60 persen pasca pengumuman tarif resiprokal AS.
Dampak atas risiko ini mulai dari jatuhnya bursa saham dunia, lonjakan indeks volatilitas (VIX), hingga pelemahan harga komoditas strategis seperti minyak, tembaga, dan nikel.
International Monetary Fund (IMF) dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan konflik dagang yang berkepanjangan bisa memangkas Produk Domestik Bruto (PDB) global hingga 5,5 persen dan meningkatkan inflasi global hingga tiga persen.
Meskipun eksposur langsung ke AS hanya sekitar dua persen dari PDB Indonesia, kata Josua, dampak tidak langsung tetap perlu diwaspadai. Sektor-sektor seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, hingga elektronik yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap pasar AS disebut bakal terdampak oleh penurunan permintaan dan hilangnya daya saing akibat tarif resiprokal 32 persen dari AS terhadap Indonesia.
Selain itu, depresiasi rupiah akibat arus keluar modal (capital outflow) dan sentimen pasar yang melemah dapat menyebabkan imported inflation dan memperlemah daya beli domestik.
Namun demikian, posisi Indonesia disebut masih relatif lebih baik dibanding negara seperti Vietnam atau Bangladesh yang mendapat tarif lebih tinggi dan sangat bergantung pada ekspor ke AS.
“Pemerintah Indonesia juga tidak mengambil jalur retaliasi, melainkan memilih pendekatan negosiasi strategis, termasuk dengan menawarkan peningkatan impor dari AS, deregulasi hambatan non tarif, dan insentif fiskal untuk menjaga keseimbangan neraca dagang,” ungkap Kepala Ekonom Bank Permata.
Ini tiga strategi untuk kurangi dampak perang dagang jilid II
Rabu, 9 April 2025 14:24 WIB

Ilustrasi perang dagang. (Kevin Smith via Flickr)