Surabaya - Seorang pelajar dari Sorong, Papua Barat, menjadi salah satu dari 21 pelajar Jawa Timur dan Indonesia bagian timur yang mengikuti program pertukaran pelajar bertajuk "Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study" (YES) ke Amerika Serikat pada Agustus 2012-Juli 2013. "Senang sekali, saya tidak menyangka bisa berangkat ke Amerika, karena beberapa kali tes di Makassar, saya jadi peserta satu-satunya dari Papua Barat, sedangkan lainnya dari Papua, Makassar, Mataram, dan Maluku," kata pelajar SMAN 1 Sorong, Papua Barat, Ilonka Amaia, di Surabaya, Jumat. Ia mengemukakan hal itu saat ditemui ANTARA di sela-sela penyambutan 21 pelajar peserta program YES oleh Konsul Jenderal AS di Surabaya Kristen F Bauer di Kantor Konsulat Jenderal AS di kawasan Citraland, Surabaya, yang juga dihadiri koordinator relawan LSM Bina Antarbudaya, Nisa Permatasari. Ke-21 pelajar terdiri atas lima pelajar dari Surabaya, sembilan pelajar dari Malang dan Madiun, tiga pelajar dari Makassar, seorang pelajar Papua, seorang pelajar Ambon, dan dua pelajar dari Mataram. Semuanya merupakan pelajar SMA dan sebagian di antaranya dari kalangan pesantren. "Saya siap memperkenalkan beberapa budaya Papua kepada pelajar dan masyarakat Amerika. Saya akan memperagakan Tarian Yospam dan membawa alat musik Tifa yang berukuran kecil. Saya juga membawa pakaian adat Papua berupa kain dada dan kain rumput," kata pelajar kelas 2 SMAN 1 Sorong itu. Dalam penyambutan para pelajar itu, Konsul Jenderal AS di Surabaya, Kristen F Bauer, mengharapkan para pelajar memanfaatkan kesempatan untuk menggali pengalaman sebanyak mungkin selama studi dan tinggal selama setahun di Amerika. "Sepulang dari sana, kalian bisa membagikan pengalaman itu kepada sesama pelajar dan masyarakat Indonesia. Kalau melihat hal yang bagus di sana, misalnya proyek lingkungan, maka kalian bisa mempraktikkan di sini. Sebagaian alumni program YES di sini membuat English Camp," katanya. Senada dengan itu, Humas Konjen AS di Surabaya, Emily Y Norris, menambahkan program khusus pelajar SMA dan kalangan pesantren yang dirintis sejak tahun 2003 itu bertujuan agar masyarakat Amerika dapat mengenal langsung Indonesia yang mayoritas Muslim dari orang Indonesia sendiri. "Sebaliknya, orang Indonesia juga bisa mengenal masyarakat Amerika secara langsung, sehingga akan terjadi saling memahami dan akhirnya dapat saling bekerja sama. Saat ini juga ada 5-6 pelajar Amerika yang studi di sini," katanya. Secara terpisah, koordinator relawan LSM Bina Antarbudaya, Nisa Permatasari, mengatakan proses seleksi program YES cukup lama hingga satu tahun yang meliputi pengetahuan umum, kemampuan berbahasa Inggris, wawancara kepribadian, dan dinamika kelompok (diskusi kelompok/problem solving). "Hasil seleksi di masing-masing chapter itu pun masih diadu di tingkat nasional. Dari 8.000-an pelajar yang berminat akhirnya terpilih 80 pelajar dari seluruh Indonesia untuk menjadi peserta program YES 2012-2013 dan 21 pelajar di antaranya dari Jatim dan Indonesia bagian timur," katanya. Ia menjelaskan para peserta akan berangkat ke AS pada 6 Agustus dan mereka akan studi dan tinggal di beberapa negara bagian di AS selama setahun yang masing-masing negara bagian hanya diisi dua pelajar Indonesia yang tinggal bersama orang tua asuh di negara Paman Sam itu. "Mereka akan belajar banyak tentang Inggris dan American History, tapi mereka juga diberi kesempatan untuk mengikuti International Week untuk memperkenalkan budaya Indonesia kapada masyarakat Amerika. Peserta program YES saat ini memang berasal dari 40 negara," katanya. (*)
Seorang Pelajar Papua Ikuti Program "YES" ke AS
Jumat, 22 Juni 2012 14:38 WIB
