Beirut - Bentrokan-bentrokan di Suriah pada Kamis menewaskan hampir 170 orang, terutama warga sipil, pada hari paling mematikan sejak gencatan senjata mulai berlaku, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. "Ini hari paling berdarah sejak dimulainya gencatan senjata (12 April) dan salah satu yang paling berdarah sejak awal pemberontakan melawan rezim Suriah," kata Direktur Observatorium Rami Abdel Rahman kepada AFP. Kekerasan hari itu telah menewaskan sedikitnya 104 warga sipil, 54 tentara dan 10 pemberontak pejuang, menurut angka yang dikumpulkan organisasi pengamat yang berbasis di London itu, berdasarkan laporan-laporan aktivis di dalam negeri. Kerugian terberat berada di wilayah tengah Homs, di mana 31 warga sipil dan seorang pejuang pemberontak tewas, dan di benteng oposisi Douma dekat Damaskus, di mana 30 warga sipil meninggal. Di wilayah selatan Deraa, 24 warga sipil - termasuk dua anak - dan lima pemberontak tewas. Mereka yang tewas di tempat lain di Suriah termasuk seorang gadis muda, yang meninggal di kota barat laut Idlib, Observatorium menambahkan. Lebih dari 15.000 orang telah tewas sejak pemberontakan terhadap rezim Suriah Presiden Bashar al-Assad dimulai pada Maret 2011, kata Observatorium.(*)
Berita Terkait
Para menlu ASEAN bahas situasi Thailand-Kamboja di Kuala Lumpur, Senin
21 Desember 2025 14:45
Jepang dan 5 negara Asia Tengah luncurkan inisiatif baru mineral kritis
21 Desember 2025 12:01
Korea Utara serukan sikap teguh lawan tekanan Barat demi dunia multipolar
21 Desember 2025 11:12
AS tegaskan Jepang tetap komitmen pada prinsip non-nuklir
20 Desember 2025 11:50
