Surabaya - Pengembangan "shale gas" secara nasional memiliki potensi besar sampai sekarang karena sejumlah daerah di tanah air memiliki kemampuan menghasilkan komoditas pengganti bahan bakar minyak. "Saat ini ketersediaan BBM di Indonesia sulit mengimbangi besarnya permintaan pasar seiring keterbatasan stoknya. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera bertindak termasuk memberikan solusi atas minimnya stok BBM," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Surabaya, Selasa. Kedatangannya dalam rangka menghadiri Dialog Kebijakan Energi "The 4th Indonesia-US" tentang Investasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam Pengembangan Energi Ramah Lingkungan di Indonesia: Sekilas Pandang terhadap beberapa proyek baru di Surabaya. Ia menjelaskan, "shale gas" merupakan salah satu energi nonkonvesional yang bisa dimanfaatkan pasar BBM nasional dengan baik, meskipun sampai sekarang belum dioptimalkan oleh pemerintah. Padahal potensi "shale gas" di tanah air menyebar di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. "Untuk besaran potensi 'shale gas' di Indonesia, totalnya bisa mencapai 574 triliun kaki kubik menyusul besarnya dukungan pemerintah pada saat ini," katanya. Ia mencontohkan, telah dikeluarkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja Migas Nonkonvensional. Dengan upaya itu maka langkah untuk meningkatkan pengembangan bahan bakar di Indonesia bisa terwujud pada masa mendatang. "Selain pengembangan 'shale gas', di Indonesia juga memiliki potensi sebagai produsen migas nonkonvensional berupa gas metana 'CMB'," katanya. Untuk gas metana, kata dia, potensinya bisa mencapai 453,3 triliun kaki kubik di penjuru Nusantara. Bahkan, pengembangan "CBM" di Indonesia didukung keberadaan aturan baru dari Menteri ESDM sekaligus melengkapi pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pengusahaan Gas Metana Batu Bara. "Upaya Indonesia mengembangkan 'shale gas' juga mendapatkan dukungan Pemerintah Amerika Serikat, mengingat mereka lebih dulu merealisasikannya. Kami harap AS mau berbagi pengalaman saat mengembangkannya sehingga Indonesia tidak lagi khawatir dengan minimnya stok BBM," katanya. Terkait upaya Indonesia bekerja sama dengan AS untuk pengembangan "shale gas", Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Lobo Balia, menyebutkan, tindakan tersebut memiliki pengaruh positif bagi masyarakat Indonesia. "Apalagi sampai sekarang pemerintah belum pernah mencoba mengembangkan 'shale gas' di tanah air," katanya. Secara umum, lanjut dia, selama ini kerja sama Indonesia dengan AS tidak hanya tampak di sektor migas melainkan di sejumlah bidang. Khusus upaya pengembangan "shale gas", langkah tersebut perlu segera diwujudkan dalam waktu dekat. "Di Indonesia, potensi 'shale gas' sangat besar atau sekitar dua hingga tiga kali lipat dari gas yang ada sekarang," katanya. (*)
Potensi "Shale Gas" Nasional Belum Dioptimalkan
Selasa, 15 Mei 2012 20:48 WIB