Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Tim Barisan Reaksi Cepat (Baret) Rescue NasDem Jember, Jawa Timur menyeberangkan beberapa pelajar di Desa Mulyorejo untuk menuju ke sekolahnya dengan menggunakan perahu karet pada Rabu.
Jembatan yang menghubungkan Desa Mulyorejo di Kecamatan Silo dan Desa Sanenrejo di Kecamatan Tempurejo terputus akibat banjir pada Desember 2024, sehingga berdampak besar pada aktivitas pendidikan dan perekonomian warga di kedua desa tersebut.
"Kami terinspirasi dan terpanggil setelah melihat video aksi sosial yang dilakukan anggota Polsek Tempurejo yang membantu para pelajar menyeberangi sungai menggunakan rakit bambu," kata Ketua Baret Rescue NasDem Jember David Handoko Seto kepada sejumlah wartawan di Jember.
Menurutnya, perahu karet tersebut tidak hanya digunakan untuk menyeberangkan para pelajar yang akan bersekolah, namun warga desa setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani boleh menggunakan perahu tersebut untuk aktivitas sehari-hari atau kebutuhan mendesak lainnya.
"Untuk memastikan penyeberangan lebih aman dan efisien, kami menurunkan lima anggota dengan membawa perahu karet, sehingga para pelajar dan warga yang ingin menyeberang tidak lagi menggunakan rakit bambu," tuturnya.
Ia mengatakan pelajar dan warga menyeberangi sungai dengan menggunakan perahu karet dinilai lebih aman dibandingkan menggunakan rakit bambu secara tradisional, karena sewaktu-waktu aliran sungai cukup deras.
"Perahu karet tersebut akan tetap disiagakan di sana untuk membantu masyarakat dan pelajar di Desa Mulyorejo yang terisolasi akibat putusnya jembatan yang merupakan akses satu-satunya untuk menuju ke Desa Sanenrejo di Kecamatan Tempurejo," katanya.
David berharap pemerintah daerah segera membangun jembatan gantung atau jembatan permanen yang menghubungkan antardesa di dua kecamatan tersebut, sehingga aktivitas warga terkait pendidikan dan perekonomian bisa kembali normal.
Sementara itu, Kepala Desa Sanenrejo Sutikno Wibowo mengatakan aktivitas warga memang terganggu akibat putusnya jembatan yang menghubungkan Desa Sanenrejo dengan Desa Mulyorejo, sehingga warga harus menyeberangi sungai untuk melakukan aktivitas sekolah atau bertani.
"Anak-anak yang bersekolah juga kesulitan untuk menyeberangi sungai, sehingga menggunakan rakit bambu untuk menuju ke lokasi sekolah. Begitu juga petani yang memiliki sawah atau ladang juga kesulitan untuk menjual hasil buminya ke pasar," katanya.
Sebanyak 20 kepala keluarga di Desa Mulyorejo terisolasi sejak terputusnya jembatan yang merupakan akses satu-satunya untuk menuju ke Desa Sanenrejo di Kecamatan Tempurejo pada Desember 2024.
Puluhan warga di dua desa tersebut bergotong royong untuk membuat jembatan penyeberangan sementara dengan memanfaatkan pasir dan bebatuan yang ada di sungai setempat.