Surabaya (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak semua pihak untuk melakukan transformasi pertanian agar menjadi lebih modern dan maju supaya pendapatan petani semakin meningkat.
“Pertanian harus beralih dari tradisional ke modern. Kami akan menerapkan pertanian modern dengan pengadaan alat-alat pertanian,” kata Mentan Amran saat Rapat Koordinasi Percepatan Luas Tambah Tanam (LTT) di Gedung Balai Prajurit Kodam V/Brawijaya, Surabaya, Selasa.
Andi menjelaskan penggunaan teknologi modern untuk pertanian dapat memangkas waktu kerja para petani secara signifikan.
“Sekarang satu hektar lahan dapat diselesaikan hanya dalam dua jam, sedangkan dulu bisa mencapai 25 hari. Inilah bentuk transformasi pertanian,” ucapnya.
Menurutnya, pertanian modern tidak hanya meningkatkan hasil produksi, tetapi juga mengefisienkan durasi kerja serta menekan biaya operasional.
“Biaya manual mencapai Rp19 juta per hektar. Dengan teknologi, biaya bisa ditekan menjadi Rp10 juta per hektar karena panen lebih cepat,” ucapnya.
Mentan Amran juga menuturkan berbagai kebijakan pemerintah saat ini diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, termasuk rencana kenaikan harga gabah.
Sebagai contoh, ia menyebutkan potensi pertanian di Papua Selatan, khususnya di Kampung Wanam, Merauke, dengan luas lahan satu juta hektar yang akan dimanfaatkan secara maksimal.
“Jika berhasil Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia. Kami menggunakan pendekatan berbasis kesejahteraan masyarakat lokal dengan memanfaatkan teknologi,” tuturnya.
Selain itu, Mentan Amran pun mengapresiasi semakin banyaknya generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z yang terjun ke sektor pertanian, bahkan pendapatannya lebih tinggi dibandingkan gaji seorang menteri.
“Pendapatan petani muda bisa mencapai Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan. Di beberapa daerah, seperti Aceh, mereka bisa menghasilkan Rp20 juta bersih per bulan dari dua hektar lahan. Sementara gaji menteri hanya Rp19 juta,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan membentuk klaster pertanian sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing, salah satunya seperti pengembangan sawah di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
“Di sana, irigasi yang ada sejak era Presiden Soeharto kini telah dimanfaatkan untuk sawah. Per 20 Desember 2024, lahan sudah digarap dengan dukungan air yang melimpah dan tanah yang subur,” ujarnya.