Khofifah menyebut bahwa buku karya cicit KH Hasyim Asy’ari ini menjadi referensi ketokohan pendiri NU dan peran pentingnya mewujudkan persatuan bangsa dan umat Islam Indonesia.
“Ini adalah buku yang dahsyat secara substansi. Memang bukunya kecil, yang dua sampai tiga jam khatam, mudah dibaca tapi sulit untuk pelaksanaannya,” kata Khofifah dalam bedah buku yang diselenggarakan di Auditorium Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali, Rabu.
Lebih lanjut Khofifah menegaskan bahwa sosok pemersatu bangsa umat Islam menjadi satu kebutuhan penting bagi negara besar seperti Indonesia, yang memiliki 714 suku bangsa, ribuan bahasa daerah, adat dan juga budaya.
“Menjaga bangsa menjadi tugas kita semua. Sebagaimana pesan dari pendiri NU KH Hasyim Asy’ari bahwa hukum membela negara dan mengusir penjajah adalah fardhu ain. Maka setiap dari kita memiliki kewajiban untuk membela dan memperjuangkan bangsa ini,” ujarnya.
Khofifah juga menegaskan bahwa salah satu hal penting yang diajarkan KH Hasyim Asy'ary adalah referensi tentang agama dan nasionalisme, yang merupakan dua kutub yang tidak bertentangan.
“Jangan buat pertentangan antara agama dan nasionalisme. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan,” ujar Khofifah.
Itulah kemudian dalam NU terciptalah Yalal Wathan. Bahwa hubbul wathan minal iman, cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Konsep ini menjadi titik temu antara agama dan nasionalisme yang dikenalkan oleh Nahdlatul Ulama.
Narasi persatuan, menjaga keutuhan sebuah bangsa menjadi satu hal yang harus terus digaungkan. Terutama dengan kondisi dunia saat ini yang banyak terjadi peperangan dan juga konflik. Seperti halnya di Palestina, yang kemudian meluas memicu ketegangan di sejumlah belahan dunia.
Bahwa membangun persatuan bangsa bukanlah satu hal yang sederhana. Dan menjadi satu tugas yang harus dilakukan bersama-sama oleh semua pihak, semua elemen dari suatu bangsa.
“Tidak ada di dunia ini yang kekal. Maka ukirlah cerita indah sebagai kenangan. Ini menjadi pesan untuk kita semua,” ujarnya.
Pihaknya menegaskan bahwa buku Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dengan judul "Pemersatu Umat Islam Indonesia" akan menjadi ruh Kongres Muslimat NU yang akan digelar pada 12 Februari 2025 mendatang.