Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Jember (Unej) bertekad mewujudkan kampus yang bebas dari kekerasan seksual saat kasus yang ditangani oleh Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) kampus setempat mengalami tren meningkat pada tahun 2024.
Berdasarkan data Satgas PPKS Unej, tercatat sebanyak 17 kasus yang ditangani pada tahun 2023 dan sebanyak 22 kasus pada 2024.
"Pada 2023 kami mencatat 17 kasus yang ditangani dengan mayoritas berupa kekerasan seksual verbal dan kekerasan seksual berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tahun 2024 ada 22 kasus kekerasan seksual berupa kekerasan seksual fisik dan kekerasan seksual berbasis TIK," kata Ketua Satgas PPKS Unej, Fanny Tanuwijaya, dalam laporannya saat seminar di kampus Unej, Rabu.
Satgas PPKS Unej menggelar seminar bertajuk "Kekerasan Seksual di Era Digital" yang dibuka langsung oleh Rektor Unej Iwan Taruna dan menghadirkan pembicara Sekretaris Jenderal Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Noor Sidharta.
"Oleh karena itu kami memilih tema 'Kekerasan Seksual di Era Digital' karena melihat kecenderungan maraknya kekerasan seksual berbasis TIK, sehingga harapannya keluarga besar Unej paham, peduli dan turut melakukan pencegahan kekerasan seksual," kata Fanny.
Sementara Rektor Unej Iwan Taruna menyatakan komitmennya dan bertekad untuk mewujudkan kampus yang bebas dari kekerasan seksual yang harus didukung semua pihak, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga tenaga kependidikan.
"Saya mengajak keluarga besar Unej menghindari seluruh bentuk kekerasan seksual, sekaligus mengingatkan sanksi bagi yang melakukan kekerasan seksual," tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa potensi kekerasan seksual selalu ada dan bisa dilakukan oleh siapa saja, apalagi dengan kondisi demografi Unej yang mayoritas mahasiswanya adalah perempuan, bahkan mencapai 60 persen, sehingga pihaknya mendukung penuh program yang dilakukan oleh Satgas PPKS.
"Saya mengapresiasi kiprah Satgas PPKS selama dua tahun ini, mulai menyusun pedoman, menyosialisasikan pencegahan kekerasan seksual hingga memberikan pendampingan, namun mereka tidak bisa berjuang sendiri, perlu dukungan semua pihak guna mewujudkan kampus bebas dari kekerasan seksual," katanya.