Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Bedah buku karya pemikir kebangsaan Yudi Latif yang berjudul "Apa Jadinya Dunia Tanpa Indonesia?: Epos Sumbangsih Cerlang Nusantara Sebagai Pandu Masa Depan" di Universitas Jember (Unej) dinilai memperkuat jati diri Indonesia di mata dunia.
"Bedah buku itu tidak hanya mengajak kita membaca, tetapi menguatkan kembali nalar kebangsaan di tengah krisis identitas global," kata Rektor Unej Iwan Taruna saat memberikan sambutan kegiatan bedah buku di Gedung Multimedia Mayapada Fakultas Hukum (FH) Unej, Jawa Timur, Rabu.
Kegiatan yang diikuti oleh kurang lebih 500 undangan itu menjadi forum intelektual yang menghadirkan penulis buku secara langsung, serta para pembahas lintas disiplin ilmu dari kalangan guru besar dan pakar kampus setempat.
"Buku itu sebagai ruang refleksi penting untuk memahami kembali jati diri kebangsaan di tengah krisis identitas global," katanya.
Menurutnya buku tersebut mengingatkan bahwa Indonesia memiliki peran penting menjembatani kehidupan dunia, dan kampus harus menjadi ruang untuk merawat gagasan masa depan bangsa.
Dalam kesempatan tersebut, Iwan Taruna secara simbolis menyerahkan Surat Keputusan Rektor kepada Yudi Latif sebagai dosen tidak tetap di Unej pengampu mata kuliah wajib kurikulum di bawah pengelolaan langsung Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) kampus setempat.
Penyerahan itu menjadi simbol komitmen bersama untuk mengintegrasikan kepakaran Yudi Latif ke dalam proses pembelajaran dan pengembangan keilmuan di Universitas Jember.
Sebagai narasumber utama, Yudi Latif menegaskan kembali pentingnya memahami jati diri bangsa dan potensi besar Indonesia dalam peradaban dunia.
"Indonesia lahir dari api dan samudra, simbol nalar dan etika, serta berada di titik tengah dunia yang menjadikan kita pusat perjumpaan manusia, budaya, dan kekayaan hayati," katanya.
Ia mengatakan sejak dulu nenek moyang bangsa Indonesia telah menghasilkan inovasi besar dalam pelayaran, pertanian, hingga arsitektur, sebelum kolonialisme menjauhkan kita dari akar kejayaan itu.
"Melalui buku ini, saya mengajak kembali mengenali jati diri bangsa dan menghubungkan ilmu dengan realitas Indonesia agar tumbuh kecintaan pada ilmu dan tanah air," ujarnya.
Buku karya Yudi Latif itu merupakan refleksi tentang jejak kontribusi Indonesia bagi peradaban dunia yang tidak hanya menyajikan sejarah, tetapi juga memperlihatkan kekayaan alam, kearifan lokal, tradisi spiritual, dan nilai kemanusiaan bangsa.
Dari kacamata antropologi, Ketua Senat Unej Andang Subaharianto menegaskan bahwa buku itu bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga cermin jati diri budaya bangsa.
"Sejarah dan identitas bangsa lahir dari perjalanan panjang manusia nusantara dalam membaca alam, merawat budaya, dan menata kehidupan," katanya.
