Kota Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa pola konsumsi masyarakat di kota ini masih normal kendati sejumlah bahan pokok, seperti daging ayam ras, bawang merah hingga telur ayam harganya tinggi.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Pemkot Kediri Tetuko Erwin Sukarno, di Kediri, Rabu, mengatakan bahwa tingginya harga beberapa komoditas bahan makanan di Kota Kediri, seperti daging ayam ras, bawang merah dan telur yang mendorong inflasi bulan Oktober 2024. Hal ini adalah sinyal positif dari pasar setelah sebelumnya terjadi deflasi.
"Ini merupakan indikasi pola konsumsi yang kembali normal di masyarakat. Inflasi yang dialami Kota Kediri yang juga sejalan dengan kondisi di kota dan kabupaten lain di Jawa Timur dan Indonesia merupakan sinyal positif dari pasar, setelah sebelumnya selama lima bulan berturut-turut mengalami deflasi," katanya di Kediri.
Baca juga: Pemkot Kediri kirim atlet ikuti Popda dan Peparpeda 2024
Pihaknya menilai bahwa kondisi optimistis pasar mulai terbentuk seiring peralihan kepemimpinan nasional yang berjalan lancar. Daya beli masyarakat juga masih terjangkau dengan kenaikan sejumlah bahan pokok seperti daging ayam ras yang di pasar tradisional mencapai Rp35.000 per kilogram, bawang merah Rp32.000 per kilogram, hingga telur ayam ras Rp25.500 per kilogram tersebut.
Erwin memprediksi bahwa tren inflasi masih akan terus terjadi pada bulan November dan Desember 2024 seiring perhelatan Pilkada 2024 dan hari besar keagamaan dan nasional, yakni Natal dan Tahun Baru 2025 yang biasanya mendorong tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi.
"Kami berharap agar kegiatan Pilkada 2024 dan perayaan natal-tahun baru ini dapat berjalan lancar. Kami imbau warga Kota Kediri tetap berbelanja bijak sesuai dengan kebutuhannya," kata dia.
Ia juga menambahkan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri akan melakukan upaya-upaya yang terukur untuk mengendalikan keterjangkauan harga di masyarakat hingga akhir tahun nanti.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri Dyah Sari Prihantari mengungkapkan bahwa Kota Kediri memang mengalami inflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,16 persen. Sedangkan secara year-on-year (y-on-y), Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,91 persen sekaligus menjadi urutan terendah se-Jawa Timur.
Kota Kediri mengalami deflasi berturut-turut sejak bulan Mei sebesar -0,20, bulan Juni -0,33, bulan Juli -0,01, kemudian Agustus -0,17 dan September 2024 sebesar -0,10, sehingga inflasi Oktober ini memutus rantai tren deflasi yang terjadi sebelumnya.
Beberapa peristiwa yang menjadi catatan pada bulan Oktober 2024, di antaranya kenaikan harga emas dunia yang berpengaruh ke harga emas dalam negeri, kenaikan harga daging ayam ras yang dipengaruhi oleh kenaikan harga di tingkat peternak, serta kenaikan harga bawang merah akibat panen raya yang sudah berlalu yang menyebabkan berkurangnya stok di pasaran.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,11 persen, sebaliknya kelompok transportasi yang memberikan andil inflasi terendah yakni 0,04 persen," ujarnya.
Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi secara m-to-m di Oktober 2024 antara lain daging ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen, emas perhiasan sebesar 0,07 persen, bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,03 persen, kacang panjang dan sepeda motor masing-masing 0,02 persen, serta telur ayam ras, upah asisten rumah tangga, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sementara itu terdapat pula komoditas yang menjadi penghambat inflasi yaitu bensin mengalami deflasi -0,06 persen, beras sebesar -0,02 persen, cabai merah, kentang, jagung manis, wortel, alpukat, semangka,dan pisang masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,01 persen.
Pihaknya turut mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir dengan ketersediaan pasokan bahan pangan di Kota Kediri.
"TPID Kota Kediri telah berupaya melakukan pemantauan harga komoditas di pasar dan menggelar operasi pasar murni (OPM) secara berkala," kata Dyah.
Pemkot Kediri: Pola konsumsi masyarakat normal
Rabu, 6 November 2024 9:34 WIB