Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan penghentian aksi pembunuhan dan kekerasan terhadap warga Palestina oleh Israel sesegera mungkin.
"Sudah terlalu banyak darah, sudah terlalu banyak pembunuhan. Kami menyerukan dihentikannya pembunuhan, dihentikannya kekerasan sekarang juga, sesegera mungkin," kata Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Senin, usai bertemu dengan Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun.
Menurut Gus Yahya, sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf, salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam menghentikan pembunuhan dan kekerasan di Palestina adalah dengan menempuh langkah-langkah sistem internasional.
"Sistem internasional inilah yang satu-satunya kita punya untuk memelihara stabilitas relatif dari dinamika global saat ini," kata dia.
Sejalan dengan hal tersebut, Gus Yahya menilai kemerdekaan Palestina harus diperjuangkan melalui platform multilateral yang melibatkan negara-negara lain, selain Palestina dan Israel.
"Kami masih melihat bahwa masalah Palestina ini harus diperjuangkan melalui platform-platform multilateral di dalam konteks sistem global atau sistem internasional tersebut," ujar dia.
Baca juga: Dewan Gereja Dunia desak pendudukan Israel dihentikan
Baca juga: Paus Fransiskus berharap konflik berdarah di Timur Tengah tidak meluas
Dalam berkontribusi mewujudkan penghentian kekerasan dan pembunuhan serta kemerdekaan bagi rakyat Palestina, NU lantas menggelar program yang mengundang Penasihat Presiden Otoritas Palestina untuk Urusan Agama sekaligus Hakim Syariah Tertinggi di Otoritas Palestina Mahmoud Al-Habbash.
Melalui program itu, NU memberikan ruang bagi Palestina melalui Mahmoud Al-Habbash menyuarakan perdamaian dan perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaan.
Mahmoud Al-Habbash dijadwalkan hadir di Indonesia pada 7 Agustus 2024 mendatang. Dari 7 Agustus malam hingga 10 Agustus, dia dijadwalkan menghadiri sejumlah acara, mulai dari menemui pihak Kedutaan Besar Palestina di Indonesia, pimpinan MPR, tokoh-tokoh agama di tanah air, menghadiri kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, hingga berjumpa dan berdialog dengan para pimpinan redaksi.
Lalu, Penasihat Presiden Palestina itu dijadwalkan kembali ke Palestina pada 11 Agustus mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Dubes Palestina Zuhair Al-Shun menyampaikan bahwa rakyat Palestina telah siap menyambut perdamaian dan kemerdekaan, namun pihak Israel tak kunjung menghentikan serangan.
"Israel tidak memberikan kesempatan apa pun untuk menciptakan perdamaian atau menciptakan inisiatif apa pun untuk perdamaian, padahal tangan kami siap untuk perdamaian," kata dia.
Oleh karena itu, ia pun mengapresiasi langkah NU mengundang Mahmoud Al-Habbash untuk memperluas seruan perjuangan kemerdekaan Palestina agar dapat didengar oleh seluruh pihak.
"Kita bekerja sama dalam satu tangan. Inilah Indonesia. Kami menghargainya dan kami bangga atas hal itu. Kami bangga pada para pemimpin, pada rakyat, dan pada negara Indonesia," ucap dia.
"Sudah terlalu banyak darah, sudah terlalu banyak pembunuhan. Kami menyerukan dihentikannya pembunuhan, dihentikannya kekerasan sekarang juga, sesegera mungkin," kata Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Senin, usai bertemu dengan Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun.
Menurut Gus Yahya, sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf, salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam menghentikan pembunuhan dan kekerasan di Palestina adalah dengan menempuh langkah-langkah sistem internasional.
"Sistem internasional inilah yang satu-satunya kita punya untuk memelihara stabilitas relatif dari dinamika global saat ini," kata dia.
Sejalan dengan hal tersebut, Gus Yahya menilai kemerdekaan Palestina harus diperjuangkan melalui platform multilateral yang melibatkan negara-negara lain, selain Palestina dan Israel.
"Kami masih melihat bahwa masalah Palestina ini harus diperjuangkan melalui platform-platform multilateral di dalam konteks sistem global atau sistem internasional tersebut," ujar dia.
Baca juga: Dewan Gereja Dunia desak pendudukan Israel dihentikan
Baca juga: Paus Fransiskus berharap konflik berdarah di Timur Tengah tidak meluas
Dalam berkontribusi mewujudkan penghentian kekerasan dan pembunuhan serta kemerdekaan bagi rakyat Palestina, NU lantas menggelar program yang mengundang Penasihat Presiden Otoritas Palestina untuk Urusan Agama sekaligus Hakim Syariah Tertinggi di Otoritas Palestina Mahmoud Al-Habbash.
Melalui program itu, NU memberikan ruang bagi Palestina melalui Mahmoud Al-Habbash menyuarakan perdamaian dan perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaan.
Mahmoud Al-Habbash dijadwalkan hadir di Indonesia pada 7 Agustus 2024 mendatang. Dari 7 Agustus malam hingga 10 Agustus, dia dijadwalkan menghadiri sejumlah acara, mulai dari menemui pihak Kedutaan Besar Palestina di Indonesia, pimpinan MPR, tokoh-tokoh agama di tanah air, menghadiri kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, hingga berjumpa dan berdialog dengan para pimpinan redaksi.
Lalu, Penasihat Presiden Palestina itu dijadwalkan kembali ke Palestina pada 11 Agustus mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Dubes Palestina Zuhair Al-Shun menyampaikan bahwa rakyat Palestina telah siap menyambut perdamaian dan kemerdekaan, namun pihak Israel tak kunjung menghentikan serangan.
"Israel tidak memberikan kesempatan apa pun untuk menciptakan perdamaian atau menciptakan inisiatif apa pun untuk perdamaian, padahal tangan kami siap untuk perdamaian," kata dia.
Oleh karena itu, ia pun mengapresiasi langkah NU mengundang Mahmoud Al-Habbash untuk memperluas seruan perjuangan kemerdekaan Palestina agar dapat didengar oleh seluruh pihak.
"Kita bekerja sama dalam satu tangan. Inilah Indonesia. Kami menghargainya dan kami bangga atas hal itu. Kami bangga pada para pemimpin, pada rakyat, dan pada negara Indonesia," ucap dia.