Surabaya (ANTARA) - Kota Lama dengan segala keindahan dan nilai sejarahnya telah menjadi saksi bisu perjalanan Surabaya yang menyimpan banyak cerita tentang kejayaan masa lalu, mulai dari masa kolonial hingga era kemerdekaan.
Upaya pelestarian sejarah dilakukan dengan revitalisasi di Kota Lama, namun tetap mengedepankan sentuhan artistik di sudut kawasan itu.
Revitalisasi Kota Lama Surabaya tidak hanya sekadar memperbaiki bangunan tua tetapi juga mengembalikan fungsi aslinya.
Gedung yang dulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan atau pusat perdagangan, akan difungsikan kembali dan dipergunakan untuk membuka peluang perputaran ekonomi melalui sektor wisata untuk masyarakat.
Setelah direvitalisasi, Pemkot Surabaya melakukan Grand Launching Kota Lama, di Plaza Outdoor Internatio Building, pada Rabu (3/7).
Acara diawali dengan penayangan video mapping yang memuat rekam sejarah perjuangan Arek-Arek Suroboyo pada 10 November 1945, gelaran orkestra, teatrikal, hingga drum corps.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, bersama Wakil Wali Kota Armuji, pimpinan dan anggota DPRD, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), serta Koso Nippon turut hadir pada peresmian itu.
"Alhamdulillah, antusiasme warga sangat luar biasa. Ini menunjukkan betapa kuatnya kecintaan warga Surabaya terhadap sejarah kotanya," ujar Wali Kota Eri dalam keterangannya di Surabaya, Selasa.
Kota Lama Surabaya, memiliki nilai sejarah yang tidak kalah penting dibandingkan dengan Kota Tua di Jakarta atau Kota Lama di Semarang.
Salah satu situs ikonik di Kota Lama adalah Jembatan Merah, yang menjadi tempat bersejarah dimana Jenderal A.W.S. Mallaby tewas dalam pertempuran 10 November 1945.
"Bung Karno selalu mengatakan 'Jas Merah' (Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah)," ujarnya.
Wali Kota Eri juga mengajak warga Surabaya berjuang bersama menyelesaikan persoalan sosial, seperti di antaranya stunting, kemiskinan, dan anak putus sekolah.
"Mari berjuang bersama, seperti para pahlawan dahulu," ucapnya.
Selain segi bangunan, Pemkot Surabaya menghadirkan paket wisata, seperti penyewaan baju bertema Eropa, sepeda listrik, dan tur menggunakan mobil jip kuno.
"Kami ingin Kota Lama menjadi tempat berkegiatan bagi anak muda," katanya.
Eri bersama Armuji dan para tamu undangan pun menjajal paket tur wisata dengan menggunakan mobil jip limousine untuk menyusuri sejumlah titik Kota Lama, mulai Zona Eropa hingga ke Zona Pecinan atau tepatnya di kawasan Kya-Kya, Jalan Kembang Jepun.
Saat di Kya-Kya beberapa tamu undangan menyempatkan diri cukur rambut di Shin Hua Barbershop yang usianya sekitar 100 tahun.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya Hidayat Syah berharap Kota Lama mampu mendongkrak perekonomian Surabaya.
"Kami ingin lebih banyak kegiatan diadakan di Kota Lama Surabaya untuk terus menarik wisatawan," ucapnya.
Hidayat menambahkan bahwa penataan Kota Lama masih akan terus dilakukan, termasuk menghubungkan antara Kya-Kya dan Kampung Arab di Jalan KH Mas Mansyur.
Selain itu, pemerintah kota juga berencana menambah angkutan massal untuk wisata Kota Lama di masa depan.
"Kami akan terus meningkatkan fasilitas untuk kenyamanan pengunjung," ujarnya.(ADV)