Surabaya (ANTARA) - Sejak didirikan pada 18 Juni 1927 sebagai Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB), Persebaya telah menjadi bagian penting dalam sejarah sepak bola Indonesia. Klub berjuluk Bajul Ijo ini dikenal karena gaya bermainnya yang keras dan penuh semangat, mencerminkan karakter Arek Suroboyo.
Selama hampir satu abad, Persebaya telah meraih berbagai gelar prestisius, termasuk juara Liga Indonesia pada 1996/1997 dan 2004. Namun, perjalanan ini tak lepas dari tantangan berat, seperti konflik internal dan larangan bermain.
Musim 2024/2025 menandai babak dan langkah baru bagi Persebaya bersama Paul Munster atau yang sering dijuluki PM oleh para Bonek Bonita. PM merupakan julukan plesetan yang disematkan para suporter dengan singkatan "Penting Menang". Hal itu bukanlah tanpa alasan, melainkan mencerminkan esensi yang sangat dihargai oleh para suporter.
Bagi mereka, Munster telah berhasil menjaga konsistensi tim meski dalam beberapa pertandingan, gaya permainan Persebaya Surabaya sempat mendapat kritik karena dianggap kurang menarik.
Bahkan, yang tak bisa disangkal adalah kemampuan Munster untuk memastikan kemenangan, yang menjadi hal utama bagi para penggemar setia tim.
Munster membawa pendekatan modern dalam melatih tim, merekrut pemain berkualitas seperti Mohammed Rashid, Francisco Rivera, dan Flavio Silva, serta memberi kesempatan kepada pemain muda dari akademi Persebaya.
Hingga pertengahan musim, strategi Munster telah menunjukkan hasil nyata. Persebaya berada di empat besar klasemen sementara Liga 1, dengan kemenangan ikonik seperti saat mengalahkan Persija Jakarta 3-1 di Stadion Gelora Bung Tomo.
Dengan sistem permainan yang lebih terorganisir dan agresif, Persebaya kini kembali menjadi salah satu tim yang diperhitungkan di Liga 1.
Penambahan pemain-pemain baru yang berkualitas seperti Dejan Tumbas dan Dime Dimov, ditambah dengan atmosfer positif yang ditanamkan oleh Munster, memberikan harapan besar bagi klub dan para suporter.
Ke depannya, Persebaya memiliki potensi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, berkat kombinasi pengalaman, kreativitas, dan semangat juang yang tak kenal lelah.
Bonek dan Bonita

Nama Bonek adalah singkatan dari "Bondo Nekat", yang mencerminkan semangat tak kenal menyerah para suporter Persebaya. Mereka dikenal sebagai pendukung yang rela melakukan apa saja demi mendukung klub kesayangan, bahkan ketika Persebaya berada di masa sulit.
Selama bertahun-tahun, Bonek telah berevolusi menjadi komunitas suporter yang lebih kreatif dan bertanggung jawab. Kini, mereka aktif dalam berbagai kegiatan sosial seperti aksi bersih-bersih stadion, kampanye anti-anarkisme, dan penggalangan dana untuk korban bencana.
Bonek bukan sekadar kelompok suporter biasa. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari identitas Persebaya. Ketika tim bermain, suporter Bonek menghidupkan stadion dengan nyanyian dan koreografi yang menunjukkan kecintaannya pada Persebaya.
Meski perjalanan mereka tak jarang diwarnai kontroversi, kini Bonek lebih menonjol dengan aksi-aksi positif yang menunjukkan kedewasaan dan rasa tanggung jawab dalam mendukung tim.
Sementara itu, kehadiran Bonita (Bonek Wanita) menambah warna baru dalam dukungan untuk Persebaya. Bonita membuktikan bahwa sepak bola adalah milik semua orang, tanpa memandang gender.
Dengan semangat yang sama, mereka ikut memadati tribun, menyanyikan lagu dukungan, dan memberikan motivasi tambahan bagi tim. Kehadiran Bonita juga menunjukkan perubahan besar dalam dunia suporter sepak bola di Indonesia, di mana perempuan memiliki peran yang semakin besar dalam mendukung tim kesayangan mereka.
Bahkan, Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) menjadi tempat di mana semangat hijau Bonek dan Bonita berpadu, menciptakan atmosfer luar biasa setiap kali Persebaya bertanding.
Chant “Salam Satu Nyali, WANI!” menggema di seluruh stadion, menjadi sumber energi bagi para pemain untuk memberikan yang terbaik di lapangan.
Harapan dan tekad

Musim ini menjadi momentum penting bagi Persebaya untuk kembali meraih kejayaan. Dengan kombinasi pemain berpengalaman, talenta muda, dan dukungan penuh dari Bonek serta Bonita, peluang untuk merebut gelar juara tetap terbuka lebar. Namun, tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi permainan, terutama menghadapi tim-tim dengan strategi bertahan yang rapat.
Paul Munster, dengan kepemimpinannya, terus menanamkan mental juara kepada tim. Ia menekankan pentingnya kerja keras, disiplin, dan kerjasama dalam setiap sesi latihan. Strategi ini mulai membuahkan hasil, tetapi perjalanan masih panjang.
Munster berharap para pemainnya dapat terus meningkatkan kualitas permainan mereka dan menjaga fokus di setiap pertandingan. Jika Persebaya bisa menjaga konsistensi dan semangat juang yang tinggi, peluang untuk meraih gelar juara Liga 1 semakin terbuka.
Tentunya, bagi warga Surabaya, Persebaya bukan sekadar klub sepak bola. Klub ini adalah simbol semangat kota: keras, penuh perjuangan, dan selalu berusaha untuk menang.
Sebagai warga yang selalu bangga dengan identitas mereka, Persebaya adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Bersama Bonek dan Bonita, Persebaya akan terus menjadi kebanggaan Surabaya, menginspirasi generasi muda untuk mencintai sepak bola dengan sepenuh hati.
Dengan harapan besar di musim ini, Persebaya bertekad untuk kembali ke puncak dan mengukir prestasi gemilang.
Salam satu nyali, WANI!!!