Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Bulog Cabang Tulungagung mengintensifkan penyaluran beras dan jagung murah kepada masyarakat di wilayah tugasnya yang meliputi Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, Blitar dan Kota Blitar.
Kepala Bulog Cabang Tulungagung, David Donny Kurniawan, Sabtu mengungkapkan, setiap bulan pihaknya menyalurkan kurang lebih sebanyak 2.856 ton beras yang didistribusikan dalam bentuk bantuan pangan dengan berat per paket seberat 10 kilogram.
"Selain program bantuan pangan, kami juga menyalurkan beras melalui program Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP)," kata David.
Program SPHP tersebut berjalan sepanjang tahun, dari Januari hingga Desember 2024. Menurut David, kedua program itu memberi dampak yang sangat signifikan bagi masyarakat karena kebutuhan pangan terpenuhi dengan harga terjangkau.
"Jika masyarakat dapat mengakses beras berkualitas dengan harga terjangkau, itu berarti kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi," ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya masa panen tahun ini terhadap ketersediaan dan pasokan beras di wilayah kerja Bulog Tulungagung.
Menurutnya, sejumlah faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap penyerapan beras di masyarakat. Namun, sebelum masa panen dan kebutuhan beras masih tinggi, pemerintah kabupaten setempat seringkali meminta Bulog untuk mengadakan operasi pasar.
Selain itu, sejak Desember 2023 hingga April 2024, Bulog juga telah menyalurkan 107.000 ton jagung bersubsidi. Pada bulan selanjutnya, penyaluran jagung dilakukan secara komersial dengan menyerap jagung dari petani melalui mitra pengadaan Bulog.
Jagung tersebut disimpan maksimal dua bulan dan disalurkan ke pelanggan melalui sistem pre-order atau pemesanan.
"Pembeli dilakukan dengan pre-order pada kami, lalu kami mencarikan jagungnya," jelas David. Jagung Bulog dijual dengan harga Rp4.700 hingga Rp5 ribu per kilogram.
Terkait asal jagung penugasan sebanyak 107 ribu ton yang telah disalurkan tersebut, David menjelaskan bahwa jagung tersebut diimpor dari luar negeri dan disimpan di gudang-gudang Bulog di Kediri, Surabaya, dan Gresik.
Sedangkan untuk skema komersial, Bulog wajib menyerap jagung dari petani lokal.
"Prinsipnya, kami menyerap jagung dari petani lokal dengan mengutamakan kualitas," ujarnya.