Semarang (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menganugerahkan tanda kehormatan Satyalencana Wira Karya kepada dua bupati, satu wali kota, dan dua pegiat pemberdayaan keluarga pada puncak perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu.
Penghargaan itu diberikan kepada warga Indonesia yang memberikan dharma bakti yang besar kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dapat dijadikan teladan bagi orang lain.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo menyampaikan apresiasi kepada para penerima penghargaan yang telah berkontribusi dalam penurunan stunting di Indonesia.
Baca juga: Jokowi panggil Menkominfo hingga Telkom bahas peretasan data
"Kami terimakasih atas dukungan semua pihak untuk percepatan penurunan stunting. Terimakasih atas kolaborasi lintas sektor pentahelix, basis penerima penghargaan dari semua bidang mengeroyok penurunan stunting,” kata dr. Hasto.
Adapun penghargaan itu disematkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang hadir mewakili Presiden Jokowi.
Kelima penerima tanda kehormatan Satyalencana Wira Karya adalah Bupati Lampung Selatan Anang Ermanto, Ketua TPPKK Lampung Selatan Winarni, Bupati Sumbawa Barat H.W Musyafirin, Wali Kota Makassar Mohammad Ramadhan Pomato, Ketua SKTIP PGRI Pacitan, Mukodi.
Selain itu juga diberikan penghargaan Ibangga Award kepada Pj. Wali Kota Jambi Sri Puwaningsih, Pj. Wali Kota Payakumbuh Supriyanto, Pj. Wali kota Madiun Eddy Supriyanto, Bupati Sumbawa Barat, Musyafirin, Bupati Sukoharjo Etik Suryani.
Lebih lanjut, tanda kehormatan Dharma Karya Kencana juga diberikan kepada 53 penerima dari berbagai profesi ahli, dan penghargaan Cipta Karya Kencana Tahun 2024 kepada satu Inovator Ceting Kepiting (Cegah Stunting karena Kembang Anak Itu Penting).
Hasto menyebut bahwa semua elemen, termasuk para penerima penghargaan melakukan kerja kolaboratif dan keroyokan untuk menangani stunting.
"Sangat luar biasa dapat menyasar percepatan penurunan stunting guna mempercepat Indonesia emas 2045,” kata dia.
Hasto juga merinci beberapa indikator yang perlu diperhatikan untuk menangani stunting.
"Yang harus diperhatikan itu BBLR (berat badan lahir rendah), lahir prematur dan satu lagi yang sangat sensitif yaitu pengetahuan dan pengasuhan ibu," pungkas Hasto.