Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto saat dikonfirmasi di Sidoarjo, Selasa ,mengatakan sesuai dengan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), droping air bersih sudah bisa dilakukan bulan Juli hingga puncak kekeringan sampai dengan akhir Desember.
"Hal itu sebagaimana pengalaman pada tahun lalu di mana terdapat 800 desa/kelurahan di sejumlah wilayah di Jatim yang mengalami kekeringan," katanya di sela penyerahan daging hewan kurban di kantor BPBD Jatim.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa daerah yang menjadi fokus penanganan kekeringan, di antaranya Lamongan dan seluruh wilayah Madura, Trenggalek, serta juga Pacitan.
"Kami juga berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan terkait dengan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan -Karhutla- seperti yang terjadi pada tahun lalu. Karena ada beberapa yang menjadi perhatian titik lahan kebakaran," katanya.
Ia mengatakan, terkait dengan pertanian sesuai dengan instruksi menteri dan Presiden supaya memperhatikan tanggul serta bendungan di Jatim.
"Kalau debit air berkurang supaya cepat ditangani," katanya.
Ia mengatakan pula, kebakaran hutan dan lahan juga menjadi atensi untuk diantisipasi, karena informasi dari BMKG panas yang terjadi pada tahun ini tidak sama dengan tahun 2023.
"Namun demikian, kami tetap berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan, masyarakat peduli api, supaya bisa melihat titik-titik potensi api yang mengakibatkan kebakaran. Sehingga bisa dilakukan penanganan dengan cepat, baik melakukan pemadaman manual atau juga dengan menggunakan water booming melalui helikopter," katanya.