Jakarta (ANTARA) - Petenis peringkat satu dunia Iga Swiatek masih membutuhkan satu kemenangan lagi untuk meraih gelar keempatnya di Roland Garros setelah menang 6-2, 6-4 atas unggulan ketiga Coco Gauff dalam semifinal, Kamis (6/6) waktu setempat.
Swiatek membutuhkan waktu satu jam 37 menit untuk melewati petenis Amerika Gauff untuk ke-11 kalinya dalam 12 pertemuan karier mereka.
"Saya pikir sebagian besar permainan saya secara keseluruhan berhasil hari ini, jadi saya bangga pada diri saya sendiri,” kata Swiatek, seperti disiarkan WTA, Jumat.
Baca juga: French Open: Andreeva bekuk Sabalenka dan jadi semifinalis Grand Slam termuda
Swiatek menjadi petenis ketiga sejak tahun 2000 yang mencapai tiga final tunggal putri French Open berturut-turut, bergabung dengan Justine Henin (2005-2007) dan Maria Sharapova (2012-2014).
Swiatek telah memenangi 20 pertandingan berturut-turut di French Open, menjadikannya petenis putri kelima di Era Open yang memenangi 20 pertandingan berturut-turut di Roland Garros.
Dia bergabung dengan Chris Evert (29 kali berturut-turut, 1984-1991), Monica Seles (25, 1990-1996), Justine Henin (24, 2005-2010), dan Stefanie Graf (20, 1987-1989).
Swiatek yang berusia 23 tahun juga menjadi petenis termuda kedua di Era Open yang mencapai empat final French Open, hanya lebih tua dari Stefanie Graf, yang berusia 20 tahun ketika ia mencapai final Roland Garros keempatnya pada 1990.
Petenis Polandia itu juga tengah mencatatkan kemenangan beruntun panjang di lapangan tanah liat, setelah memenangi 18 pertandingan berturut-turut di lapangan tanah liat.
Catatan saat ini merupakan rekor kemenangan terpanjangnya di lapangan tanah liat, yaitu 18 kemenangan berturut-turut antara Stuttgart dan Warsawa pada tahun 2022.
"Permukaan membuat permainan saya lebih baik," kata Swiatek.
"Cengkeraman saya memungkinkan saya untuk berputar lebih banyak. Saya bisa memainkan lebih banyak poin pertahanan karena itu sedikit lebih lambat, tapi di sisi lain, terkadang saya juga punya lebih banyak waktu untuk menyerang. Jadi saya merasa seperti saya menggunakannya dengan baik."
Gauff, yang diproyeksikan naik ke peringkat dua dunia tertinggi dalam kariernya di WTA pada Senin, belum pernah memenangi satu set pun dari Swiatek di lapangan tanah liat.
Pertandingan semifinal dimulai dengan set pembuka di mana Swiatek tidak pernah kehilangan servisnya. Namun, Gauff punya peluang membalikkan keadaan itu di set kedua.
Gauff melakukan break untuk memimpin 3-1 dengan mendominasi reli, kemudian menemukan baseline dengan pukulan forehand yang keras.
Namun, Swiatek tidak gentar dan ia segera membalas, menggunakan pukulan forehand yang kuat untuk meraih empat gim berturut-turut dan memimpin 5-3.
"Saya rasa saya cukup intens dan memberikan tekanan pada Coco," ujar Swiatek.
"Meskipun saya dipatahkan di awal set kedua, saya tahu bahwa saya dapat bangkit dengan cepat, dan saya meningkatkan level intensitas saya untuk melakukan itu."
Pada gim berikutnya, Gauff kehilangan dua match point pada servisnya sendiri, namun petenis Amerika itu menghapus peluang tersebut, memaksa Swiatek untuk melakukan servis pada kedudukan 5-4.
Swiatek mampu menjawab tantangan tersebut dan mengonversi match point keempatnya setelah pukulan forehand Gauff melayang keluar batas.
Gauff mencatatkan 27 winner, sedangkan Swiatek 10 winner dalam pertarungan tersebut, namun petenis Amerika itu juga melakukan 39 kesalahan sendiri dan hanya 14 kesalahan yang dilakukan Swiatek.
Untuk servis kedua mereka, Swiatek jauh lebih efektif, memenangi 67 persen poin tersebut, sementara Gauff memenangi 32 persen.