Jakarta (ANTARA) - Iga Swiatek mencatatkan rekor bagi dirinya sendiri dengan memenangi pertandingan terpendek dalam kariernya usai mengalahkan Anastasia Potapova dalam waktu 40 menit pada babak keempat, Minggu.
Kaduanya belum pernah bertemu dalam pertandingan level WTA Tour, namun mereka memiliki sejarah selama lebih dari satu dekade dimulai dari U12.
Ketika itu pada Nations Challenge di Ajaccio Potapova menang straight set atas Swiatek. Kemudian, pada semifinal U14 Junior Orange Bowl International Potapova membuat Swiatek terisak-isak ketika mengalahkannya.
Terakhir pada pertandingan junior perempat final Roland Garros 2016 Potapova, peringkat No.1 junior, juga menang atas Swiatek.
Namun, pertemuan pertama mereka ketika di level WTA Tour jauh berbeda. Swiatek, yang kini berada di peringkat satu dunia, mencatatkan kemenangan sempurna 6-0, 6-0 di Lapangan Philippe Chatrier.
Kemenangan itu diraih dalam 40 menit, pertandingan tingkat tur terpendek dalam karier Swiatek. Petenis Polandia itu memenangi 48 dari 58 poin, dan tidak menghadapi deuce sama sekali.
Dalam konferensi pers pasca pertandingan, seperti disiarkan WTA, Minggu, Swiatek ditanya apakah berpikir akan kalah dari Potapova, dan ia menjawab tidak, tetapi kemudian menjelaskan lebih lanjut.
"Tentu saja, saya berpikir bahwa waktu akan sedikit berubah karena saya ingat dia selalu menjadi pemain yang bisa mengalahkan saya. Saya rasa saya tidak menang melawannya, dan saya kalah dalam beberapa pertandingan yang memilukan bagi saya," kata Swiatek.
"Sejujurnya, tidak ada gunanya memikirkan hal itu, tapi saya baru saja berpikir seperti itu. Itu berlangsung selama dua detik, dan kemudian saya fokus pada pekerjaan saya karena itulah hal terbaik yang dapat saya lakukan."
Set pertama sungguh mencengangkan. Baru 19 menit berlalu ketika Potapova yang tampak putus asa melakukan kesalahan ganda. Swiatek memenangkan 24 dari 30 poin, mencetak tujuh winner dan hanya melakukan satu kesalahan sendiri.
Set kedua hampir sama. Swiatek meraih 24 dari 28 poin.
"Saat saya memikirkan diri saya sendiri, saya baru tahu bahwa kemajuan saya seperti itu," kata Swiatek saat ditanya tentang perubahan yang terjadi pada dirinya dalam satu dekade sejak Potapova memegang kendali.
"Ini tidak pernah berhenti, jadi saya bangga pada diri saya sendiri dan apa yang telah saya lakukan di tempat ini."
"Semuanya berubah karena saya semakin tua, dan saya bermain lebih baik," ujar petenis yang baru saja merayakan ulang tahun ke-23.
Dengan skor 6-0, 6-0, Switek kini menjadi petenis ketiga di era Open yang meraih kemenangan sempurna di Roland Garros dalam beberapa tahun berturut-turut, setelah Gabriela Sabatini (1992-93) dan Mary Pierce (1993-94).
Tahun lalu, Swiatek melakukan kemenangan sempurna saat berhadapan dengan Wang Xinyu pada babak ketiga.
Kemenangan itu juga merupakan set 6-0 miliknya yang ke-26 di lapangan tanah liat pada level tur, hanya Serena Williams (35) yang memiliki catatan lebih banyak.
Tak hanya itu, Swiatek juga menjadi petenis putri pertama yang memenangi 18 pertandingan berturut-turut di Grand Slam sejak Serena Williams memenangkan US Open 2014.
Swiatek sekarang memiliki catatan menang kalah 32-2 di Paris, yang mencapai 94 persen. Hanya Margaret Court (95 persen) yang lebih baik di lapangan tanah liat merah tersebut.
Setelah meraih gelar di Madrid dan Roma, ia memenangkan 16 pertandingan berturut-turut. Dengan tiga kemenangan lagi, dia akan menjadi petenis putri pertama sejak Serena Williams pada 2013 yang menyapu bersih Madrid, Roma dan Paris.