Bojonegoro - Jajaran Dinas Pertanian Bojonegoro, Rabu menyosialisasikan perubahan pola tanam akibat anomali cuaca yang terjadi akhir-akhir ini, kepada para penyuluh pertanian dan kelompok tani di daerah setempat, untuk menyesuaikan jadwal tanam. "Pada dasarnya, terjadinya anomali cuaca tidak mengancam produksi tanaman pangan di Bojonegoro, sepanjang kita mengikuti anomali cuaca yang terjadi," kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Subekti, sebelum acara sosialisasi perubahan pola tanam. Ia menjelaskan, pada prinsipnya perubahan pola tanam hanya sebatas menggeser jadwal, kapan mulai mengolah tanah, menyebar persemaian, juga menanam padi. Ia mencontohkan, pada musim normal, sebelum terjadi anomali cuaca, pada Oktober, di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya, sudah turun hujan dan para petani sudah mulai mempersiapkan tanam padi. Namun, lanjutnya, pada Oktober 2011, ternyata belum ada hujan yang turun, padahal para petani sudah mulai menyebar benih, sehingga para petani mengalami kesulitan menanam padi."Pada musim tanam selanjutnya, para petani diminta menyesuaikan, " jelasnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, lanjutnya, sudah mengeluarkan perubahan pola tanam di Bojonegoro, akibat anomali cuaca yang terjadi. Hanya saja, perubahan pola tanam tersebut, masih akan disosialisasikan kepada penyuluh pertanian, dan kelompok tani di 27 kecamatan di Bojonegoro, untuk penyesuaian. Di dalam laporannya, lanjutnya, pola tanam dibagi menjadi tiga bagian yaitu pola tanam tahun basah, normal dan kering. Berdasarkan laporan itu, pola tanam tahun basah, luas tanaman padi mencapai 73.756 hektare, dari luas baku sawah di daerah setempat seluas 73.894 hektare. Pada musim hujan, waktu tanam tanaman padi di 27 kecamatan itu, bervariasi dari September dasarian III hingga Desember dasarian I. Pada musim kemarau (MK) I, potensi tanaman padi menyusut hanya seluas 44.226 hektare, yang ditanam pada Februari dasarian II hingga April dasarian I. Sedangkan pada MK II, luas tanaman padi hanya 18.622 hektare, masa tanam dari Juni dasarian II sampai Agustus dasarian II. Selanjutnya, untuk pola tanam tahun normal, pada musim hujan, luas tanaman padi mencapai 66.914 hektare, dari luas sawah baku 73.914 hektare. Tanaman musim hujan itu, dengan jadwal tanam mulai September dasarian III hingga Desember dasarian I, pada MK I, luas areal menyusut hanya tinggal 33.246 hektare, dengan masa tanam mulai Februari dasarian II hingga April dasarian II. Sementara itu, MK II, luas tanaman padi semakin menyusut menjadi 17.508 hektare, dengan masa tanam Juni darian II sampai Agustus dasrian II. Pada tahun kering, pada musim hujan luas tanaman padi menyusut hanya tinggal 50.474 hektare, dari luas sawah baku 73.894 hektare. Tanaman padi tersebut, ditanam mulai November dasarian III sampai Desember dasarian I, pada MK I, luas tanaman padi menjadi 21.800 hektare, dengan masa tanam April dasarian II sampai April dasarian III. Sedangkan MK II, pada musim kering itu, luas tanaman padi semakin menyusut hanya tinggal 13.664 hektare, dengan masa tanam Agustus dasarian II sampai September dasarian I. "Adanya perubahan pola tanam ini, akan terus kami sosialisasikan kepada para petani, " kata Subekti, menjelaskan. (*).
Bojonegoro Sosialisasikan Perubahan Pola Tanam
Kamis, 15 Desember 2011 5:56 WIB