Pasuruan (ANTARA) -
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengajak anak yatim, jamaah Muslimat NU, dan masyarakat Pasuruan untuk bersemangat menjemput Lailatul Qadar, terutama saat ini sudah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan 1445 Hijriah.
"Anak-anakku semua dan semua yang hadir, monggo bersama-sama berlomba untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Kalau malam ibunya atau bapaknya masih tidur, dibangunkan, ajak shalat malam, berdoa untuk kebaikan keluarga, kebaikan Pasuruan, kebaikan Jawa Timur, dan kebaikan Indonesia. Semoga kita menjadi salah satu orang yang dipilih bertemu Lailatul Qadar," kata Khofifah saat menyerahkan santunan pada 1.000 anak yatim di Kantor PCNU Kabupaten Pasuruan bersama Baznas Jatim dan LAZ se-Kabupaten Pasuruan, Selasa.
Khofifah mengajak anak-anak yatim yang hadir untuk membaca Al Quran Surat Al Qodar dan memilih beberapa anak untuk maju ke depan dan membaca Surat tersebut dan memberikan hadiah Al Qur'an.
Bahkan Khofifah dibuat terkejut karena ada salah satu anak yatim yang maju ke depan membacakan Surat Al Qodar dengan sangat lancar dan bacaannya serta suaranya sangat bagus.
Gubernur Jatim periode 2019-2024 itu kemudian menceritakan kisah tentang Syekh Imam Abu Hasan As Sadzili, seorang ulama, sufi, dan ahli tarekat asal Maroko, yang juga terkenal kaya raya dan dermawan.
"Menurut Imam Abu Hasan Assadzili seumur beliau hidup selalu bertemu Lailatul Qadar, sehingga beliau bisa merumuskan kalau Lailatul Qadar akan turun di malam 27 Ramadhan, jika puasa dimulai hari Selasa. Yang artinya tinggal beberapa hari lagi," kata Khofifah.
Walau begitu, kata dia, jangan tinggalkan itikaf pada malam-malam selain malam 27 dan manfaatkan malam ganjil dalam 10 hari terakhir Ramadhan untuk bermunajat dan memaksimalkan ibadah supaya benar benar mendapatkan Lailatul Qadar.
Melanjutkan kisah Imam Abu Hasan Assadzili, Khofifah menceritakan bahwa dengan kearifan dan amalan ibadah yang begitu besar, beliau semasa hidup pernah membuat wasiat yaitu agar ketika wafat beliau dimakamkan di tempat yang di sana tidak pernah dibuat untuk maksiat.
"Beliau wafat dalam perjalanan dari Alexandria menuju Makkah. Bayangkan betapa pusingnya para santri dan pengikut beliau terhadap wasiatnya Imam Abu Hasan Assadzili. Setelah bermusyawarah akhirnya diputuskan beliau dimakamkan di tempat yang belum berpenghuni yaitu di gurun pasir bernama Humaitsarah yang berada di antara daerah Luxor dan Qina, Mesir," kata Khofifah.
Dengan menceritakan kisah keteladanan Imam Abu Hasan Assadzili, Khofifah ingin anak-anak yatim yang hadir dan seluruh masyarakat Pasuruan tergerak untuk semangat menjemput Lailatul Qadar yang malam tersebut lebih baik dari malam seribu bulan.
"Anak-anakku yang ingin jadi dokter, ingin jadi TNI, juga Polisi, ingin jadi gubernur, ingin jadi pejabat, semoga semua diijabah oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kuncinya jangan malas belajar, hormati orang tua, hormati gurumu, dan terus berdoa pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala," ucapnya.